FILM ICE AGE-4 (CONTINENTAL DRIFT): KISAH PERSAHABATAN DAN KESETIAAN JANJI YANG MENYENTUH

[H]ari Sabtu (14/7) lalu, kami sekeluarga nonton bioskop. Ya, kami benar-benar doyan mengisi akhir pekan dengan menikmati tayangan film-film animasi dan anak-anak sepanjang liburan sekolah. Setelah Madagascar 3, Ambilkan Bulan, Brave, dan Jendral Kancil, kali ini kami menonton “Ice Age 4 : Continental Drift” di XXI Mal Lippo Cikarang. Saat menonton film-film sebelumnya memang trailer film sequel Ice Age terbaru ini sering diputar dan baik Rizky maupun Alya sudah langsung menyiapkan diri untuk menyaksikan film tersebut pada kesempatan berikutnya.

Film dibuka oleh sebuah film pendek The Simpsons yang berjudul The Longest Daycare.  Cukup menyegarkan suasana sebelum menonton film intinya. Adegan pertama kali dibuka oleh peristiwa membelahnya lempengen bumi yang menyebabkan perubahan besar kehidupan Manny (Ray Romano), Sid (John Leguizamo) dan Diego (Denis Leary). Juga si kocak Scrat (Chris Wedge) si tikus purba yang terus berburu kacang kegemarannya.

Kejadian Tragis menimpa Manny saat ia mesti terpisah dari sang istri, Ellie (Queen Latifah), dan putrinya, Peaches (Keke Palmer) saat gemuruh lempengan bumi berderak-derak riuh kemudian mendadak bergerak membuat tempat Manny berpijak menjauh dari daratan tempat sang istri dan anak berada. Bersama Diego yang ditemani neneknya yang bawel (Wanda Sykes) dan Sid, mereka menjelajahi samudera nan luas serta mencari cara agar bisa kembali ke tempat semula.

Petualangan 3 sahabat itu kian seru ketika sesosok Bajak laut Gorilla besar, Gutt (Peter Dinklage), bersama komplotannya bermaksud untuk membajak bongkahan es yang ditempati Manny dan teman-temannya. Alhasil, aksi pengejaran pun berlangsung seru dan menegangkan. Manny terus berusaha semaksimal mungkin agar bisa memenuhi janjinya untuk pulang ke keluarganya lagi ditengah tantangan berat serta kesulitan yang mesti ia hadapi.

Kesetiaan pada janji dan ketulusan persahabatan menjadi pesan moral utama dalam film berdurasi 94 menit ini. Keteguhan sikap Manny untuk berupaya mencari keluarganya dengan didukung sahabat-sahabatnya terlihat menonjol sepanjang kisah yang mengetengahkan situasi bumi di abad pra-sejarah tersebut. Dialog-dialog lucu dengan adegan-adegan slapstick yang spontan menerbitkan tawa mengalir lancar sepanjang film. Aksi karakter yang paling berhasil menurut saya adalah kegenitan nenek Diego yang lugas, lincah, sok tahu dan cerewet. Wanda Sykes yang mengisi suara berhasil menghidupkan sosok nenek Diego tersebut secara menggemaskan.

Gerombolan Bajak Laut juga secara ekspresif menampilkan kegarangannya dalam mengejar Manny dan kawan-kawan. Tentu saja yang paling cemerlang adalah sosok Gutt yang memiliki seringai mengerikan namun kerapkali ceroboh dalam mengambil keputusan. 

Dibandingkan rangkaian sekuel Ice Age lainnya, film ini benar-benar menyajikan sesuatu yang berbeda. Tidak hanya karena film ini dikerjakan oleh sutradara baru Steve Martino –karena sang sutradara sebelumnya Carlos Saldanha lebih menumpahkan perhatian pada sekuel film Rio yang bakal beredar 2014–namun juga film ini menampilkan gambar yang lebih tajam dan obyek menarik yang memanjakan mata. Sayangnya saya menyaksikan film ini dengan format 2 dimensi, kalau di format 3 D nampaknya akan lebih seru lagi.

Secara keseluruhan film ini sangat menghibur. Kedua anak saya, Rizky dan Alya, sangat menikmati adegan-adegan komikal yang membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal sewaktu menonton. Aksi binatang-binatang zaman es yang hidup 2 milyar tahun silam ini benar-benar mengisi waktu liburan mereka secara menyenangkan.

Tinggalkan komentar