BERKAH HADIAH DI BULAN APRIL

[U]lang Tahun saya ke 41 tahun ini yang saya rayakan tiap tanggal 9 April memberikan kesan yang sangat mendalam. Setelah sebelumnya menang Ipod Nano pada lomba Twitter bertagar #WanitaMasaDepan dalam rangka Hari Kartini 2011 yang diselenggarakan oleh Indosat M2 Broadband, kemarin sore, sebuah kabar gembira kembali mampir yaitu saya menjadi salah satu pemenang pilihan (berhadiah handphone) dalam lomba blog bertema Kartini Digital dalam rangka memperingati hari Kartini yang diadakan oleh XL Axiata. Sungguh, dua anugerah ini menjadi hadiah ulangtahun yang mengesankan buat saya.

Ada kisah menggesankan dibalik kemenangan ini karena artikel yang saya tulis dan menjadi jawara dalam ajang tersebut saya tulis disela-sela waktu deadline lomba. Bahkan saya posting 10 menit sebelum lomba dinyatakan ditutup. Syukurlah segala hambatan bisa dilampaui dan mendapatkan akhir yang “happy ending”, meski tak jadi dapat Ipad, namun setidaknya karya tulisan saya cukup mendapatkan apresiasi juri dari 119 posting blog yang masuk.

Terimakasih XL, Maju Terus Kartini-Kartini Digital Indonesia !

 

CATATAN DARI FESTIVAL JAJANAN BANGO NUSANTARA DI BEKASI

[P] anas terik menyongsong kami sekeluarga kemarin pagi, Sabtu (23/4) saat kami tiba di Lapangan Serbaguna yang terletak tak jauh dari Terminal Bekasi tempat pelaksanaan Festival Jajanan Bango Nusantara 2011. Ada beragam ekspektasi yang kami bawa dari rumah, tentu saja yang terutama adalah keinginan untuk mencicipi hidangan-hidangan lezat ala tradisional yang sesuai dengan selera “lidah kampung” kami dengan harga murah dalam kisaran Rp 10.000 per porsi.

Saat membaca email di mailing list Blogger Bekasi yang menginformasikan acara ini serta melihat sajian-sajian kuliner tradisional yang dijajakan membuat kami kian bersemangat apalagi ada beberapa jenis makanan khas daerah yang jarang atau belum pernah kami temui di Cikarang. Ada Lontong Medan Kedai Mamak Oman, Gule Goreng Pak Samin Solo, Sate Babe, Siomay Kari Umbi, Bebek Goreng Hartati, Bubur Ayam Jakarta, Soto Ceker Ranjau Pak Gendut, Ayam Bakar Mas Mono, Soto Moe Saroja, Martabak Kubang, Nasi Goreng Lalan Bakti, Mie Aceh Seulawah, dan lain-lain, yang membuat kami penasaran.

Alhasil dengan tekad bulat, saya beserta istri dan kedua anak saya (Rizky dan Alya) berangkat dari Cikarang dengan sangat bersemangat. Lapangan Serbaguna yang berada di depan Kantor Pos Bekasi sudah sangat ramai dipadati pengunjung. Sayang sekali, kondisi lapangan yang becek membuat kami kurang nyaman menyusuri satu demi satu gerai-gerai makanan khas nusantara tersebut. Meski panitia menyediakan palet-palet kayu sebagai “jembatan” tetap saja pada beberapa bagian tidak dilengkapi fasilitas tersebut dan telah membuat lumpur menempel pada sepatu atau sandal saat menapak. Alya sampai marah melihat celananya kotor terkena becek.

Cuaca panas juga menambah ketidaknyamanan. Memang panitia menyediakan empat tenda besar sebagai tempat makan namun tidak dapat digunakan maksimal karena becek. Banyak pengunjung memilih untuk makan ditempat gerai makanan namun kapasitas sangat terbatas akhirnya cukup dibungkus saja.

Kami akhirnya mendapatkan tempat yang bisa digunakan untuk makan didalam tenda,namun agak ke pinggir sehingga terik matahari tetap panas menerpa. Tapi karena sudah lapar, capek serta kesal karena lumpur menempel di sepatu/sandal, akhirnya kedua anak saya memilih untuk duduk. Saya dan isteri akhirnya membelikan anak-anak Bakso Super Galaxi, Bubur Ayam Jakarta dan Siomay. Istri saya membeli Rujak Juhi Petojo dan saya?. Hmm..saya masih bingung mau makan apa.

Saya akhirnya memilih Nasi Goreng Bumen Jaya di gerai Mie Godhog Bumen Jaya 2. Tapi..ternyata, prosedurnya saya mesti menyertakan potongan bekas sachet bungkusan kecap cap Bango untuk bisa membeli makanan tersebut. Saya lalu protes, kok tempat lain bisa beli langsung?. Sang penjaga mengatakan memang prosedurnya seperti itu. “Kalau memang bapak tidak bawa, bisa beli kecapnya di depan pak, di dekat meja informasi”. Wah, saya langsung kesal karena mesti berjalan jauh ke depan, menyusuri jalan becek hanya untuk membeli sebungkus kecap Bango. Saya akhirnya memilih untuk tidak jadi beli. Sayapun sudah langsung kehilangan selera makan.

Belakangan saya tahu memang seperti itulah prosedurnya. Hanya saja beberapa pedagang di gerai lain melakukan “improvisasi” menjual langsung mengingat pengunjung sudah tak sabar dan malas kembali ke depan lagi hanya untuk membeli Kecap Bango.

Seharusnya agar semuanya berjalan lancar pihak penyelenggara atau sponsor menyiapkan Kecap Bango di gerai masing-masing penjual makanan agar pembeli bisa membeli disana sekaligus bertransaksi di gerai yang disukainya. Situasi “birokratis” dan prosedural ini seharusnya di-simplifikasi, untuk kenyamanan pengunjung dan tentu saja memperlancar jualan gerai makanan disana. Saya akhirnya hanya makan bakso Super Galaxi, karena sudah terlanjur kesal dan kecewa.

Akhirnya pukul 11.30 siang kami sekeluarga memilih untuk pulang dari arena Festival Jajanan Bango Nusantara di Bekasi.

 

ALHAMDULILLAH, MENANG IPOD NANO (LAGI) DARI LOMBA TWITTER

[E] mail ajakan untuk mengikuti lomba twitter bertagar #WanitaMasaDepan pada tanggal 19 April 2011 yang diadakan oleh IM2 Broadband (Indosat) berhadiah 5 Ipod Nano untuk 5 pemenang dalam rangka memeriahkan Hari Kartini 21 April 2011 di Mailing List Komunitas Blogger Makassar Angingmammiri menjadi awal dari segala kebahagiaan ini.

Dengan semangat menggebu saya mencoba peruntungan saya dengan membuat tweet yang mendefinisikan ciri Wanita Masa Depan menurut saya. Ada 3 tweet saya ditampilkan berturut-turut memeriahkan lomba ini, yaitu:

Dan, Alhamdulillah, saya kembali beruntung memenangkan satu dari 5 hadiah Ipod Nano dalam lomba ini berdasarkan Tweet Pengumuman yang ditayangkan oleh @IM2_Broadband kemarin sore (21/4).

Ini bakal menjadi Ipod Nano kedua saya, setelah tahun lalu berhasil memenangkan Ipod Nano juga dari Lomba Foto Yahoo Mim bulan Juni 2010 lalu . Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT, ternyata keberuntungan memperoleh hadiah luar biasa dari 140 karakter huruf di Twitter dalam rangka Hari Kartini 2011.

Terimakasih Indosat dan IM2 Broadband!

BRIPTU NORMAN, PIYO-PIYOHU NGANA UTI ?

Tune, Piyo-Piyohu Ngana Uti ?

[D] emikian ucapan yang kerap saya dengar dari ayah saya di Makassar pada ujung telepon saat menanyakan kabar saya bersama keluarga di Cikarang. Ucapan dalam bahasa Gorontalo itu bermakna “Apakah kamu baik-baik saja anakku?”. Tune adalah sapaan sayang untuk anak lelaki tertua, dan sapaan itu pula kerapkali digunakan almarhum kakek saya, Sun Gobel kepada ayah saya yang juga merupakan putra tertua dari 3 bersaudara. Kedua orang tua saya memang berdarah asli Gorontalo dan sudah lebih dari 40 tahun berdomisili di kota Daeng, Makassar.

Sapaan khas “Piyo-Piyohu” ini mendadak mampir kembal ke telinga saya saat menonton aksi fenomenal Briptu Norman Kamaru, seorang polisi yang berdinas di kesatuan Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian Gorontalo yang mendadak menjadi bintang terkenal di Indonesia setelah beraksi joged menyanyikan lagu “Chaiyya-Chaiyya” yang pernah dipopulerkan oleh Shahrukh Khan di situs video Youtube.

Kemarin (19/4), Briptu Norman Kamaru telah tiba kembali di Gorontalo setelah lebih kurang selama seminggu berada di Jakarta memenuhi undangan tidak hanya dari pucuk pimpinan Polri namun juga dari berbagai media mulai dari radio hingga stasiun televisi, bahkan merekam lagu untuk album perdananya. Masyarakat Indonesia dalam seminggu terakhir ini menyaksikan berbagai tayangan dan pemberitaan di media tentang hadirnya bintang baru di jagad dunia hiburan yang berasal dari institusi kepolisian.  Sesuatu yang mungkin “langka”, unik dan tentu saja fenomenal.

Saya menyaksikan di tayangan infotainment Televisi pagi ini betapa gegap gempitanya masyarakat Gorontalo menyambut kehadiran “sang pahlawan” Briptu Norman Kamaru mudik ke kampung halaman. Seperti dikutip dari link berita ini:

Menggunakan pesawat Batavia Air, Norman yang didampingi Kasat Brimob Polda Gorontalo AKBP Anang Sumpena tiba di Bandara Jalaludin Gorontalo sekira pukul 14.30 Wita kemarin.

Meski di bawah pengawalan ketat Kepolisian, Norman yang baru turun dari pesawat langsung diserbu sejumlah wartawan yang tidak mau ketinggalan mengabadikan momen pulang kampung Brimob pejoget India ini.

Seperti seorang tamu penting, istri Gubernur Gorontalo, Hani Mokodongan mengalungkan bunga kepada Norman sebagai ucapan selamat datang kembali.

Meski terlihat begitu kelelahan setelah menempuh perjalanan lebih dari 4 jam dari Jakarta, Norman terlihat tetap memperlihatkan senyum khasnya kepada seleruh penjemput termasuk melayani permintaan foto bersama.

Melihat sambutan yang di luar biasa, Norman mengaku kaget dan tidak menyangka. “Waktu berangkat ke Jakarta saya hanya berdua dengan atasan kini waktu kembali ternyata disambut pejabat bahkan ribuan warga,” tutur Norman diiringi senyum khasnya.

Setelah beristrahat di ruang VIP bandara, Norman langsung diarak keliling Kota Gorontalo menggunakan mobil barracuda milik Brimob Polda Gorontalo.

Ditengah sorotan negatif masyarakat pada kinerja kepolisian, kehadiran Briptu Norman memberikan “nafas segar” dengan menampilkan sosok Polisi yang murah senyum, bersahabat, lucu dan ramah. Meski ini bukan kali pertama seorang Polisi tampil bak selebriti di layar kaca, aksi Briptu Norman terasa punya nilai lebih karena dilakukan secara spontan dan ekspresif.

Dalam acara “Indonesia Got Talent” seorang polisi yang berdinas di Brimob Kelapa Dua bernama Briptu Daud Afi sempat berlaga dalam ajang pencarian bakat yang diadakan oleh sebuah stasiun Televisi. Dengan seragam polisi –sama seperti yang dikenakan Briptu Norman — Briptu Daud tampil mengesankan dan memukau. Videonya bisa dilihat disini.

Impresi yang dihasilkan oleh fenomena Briptu Norman memang sangat luar biasa. Kerinduan masyarakat tentang sosok polisi yang humanis, membumi dan “gue banget” nampak jelas pada penampilan Briptu Norman. Selain gagah , memiliki suara bagus, serta goyangan yang luwes ala bintang Bollywood sejati, Briptu Norman juga tak pelit senyum. Sepanjang perjalanannya selama seminggu lebih di Jakarta, berkeliling di berbagai media, Briptu Norman berusaha untuk tampil sempurna dihadapan para penggemarnya.

Dukungan penuh institusi Polri menyiratkan keinginan untuk menjadikan pria yang masuk kepolisian tahun 2007 ini menjadi “Duta” Kepolisian guna meraih simpati masyarakat secara lebih luas. Bila selama ini image negatif tentang citra polisi tumbuh subur, misalnya kasus penegakan hukum yang terkesan “tebang pilih”, aksi oknum polisi yang bertindak tak sesuai aturan, atau penindakan tegas pelanggaran lalulintas, menggambarkan institusi kepolisian kurang bersahabat, tidak simpatik, sangar dan berjarak. Dan Briptu Norman muncul sebagai solusi menjembatani kesenjangan yang terjadi dan membangun citra positif Polri dimata masyarakat.

Saya kira sah-sah saja Polri memberikan “panggung” spesial buat Briptu Norman bahkan menurut saya ini sebuah “langkah cerdas” yang layak diapresiasi, namun saya berharap Briptu Norman tetap mempertahankan karakter spontan, tulus dan hangat sebagaimana terlihat saat videonya pertama kali ditayangkan di Youtube.

Disana nampak sekali keinginan luhur Briptu Norman yang terbit dari hati terdalamnya untuk menghibur rekannya yang sedang dirundung masalah. Ungkapan yang ekspresif dan lucu seperti ditarikan Briptu Norman lewat lagu Chaiyya- Chaiyya inilah membuat masyarakat menjadi tergugah. Briptu Norman adalah representasi “orang biasa” yang mencoba keluar dari kebosanan rutinitas pekerjaan dan juga merupakan bagian dari upaya lugasnya menyalurkan hobi. Persepsi masyarakat tentu akan melihat sosok Polisi pada diri seorang Briptu Norman dalam perspektif yang berbeda. Briptu Norman dengan segala keluguan, spontanitas, ketulusan dan kesederhanaannya adalah cermin institusi Polri yang bersahabat dan siap melayani masyarakat, jauh dari kesan angkuh dan angker.

Akhirnya, selamat pulang kampung Briptu Norman.

Terimakasih sudah membuat kami semua tertawa bersama melihat aksi kocakmu yang fenomenal, terimakasih sudah menghibur kami ditengah kesulitan hidup yang terus mendera dan terimakasih sudah menjadi pahlawan dihati kami dengan senyum tulus seorang polisi sederhana, humanis dan merakyat.

Saya membayangkan saat ini, Briptu Norman didampingi seluruh keluarga bersama sang kekasih hati, Indri, sedang lahap menyantap “Binde Biluhuta” (“Jagung Siram”, Makanan Khas Gorontalo) dengan “malita dadata” (sambal yang banyak) ditambah Ilabulo (Pepes Ayam Sagu) sembari sayup-sayup terdengar lagu “Hulondhalo Lipu’u” (Gorontalo Tanah Tumpah Darahku) yang melankolis, membelai hati.

Saya sangat yakin, Briptu Norman sedang “Piyo-Piyohu” (baik-baik saja) hari ini dan mudah-mudahan untuk seterusnya.

 

IKUT MEJENG DI MAJALAH SWA

 

[S] etelah sebelumnya pernah mejeng di Harian Kompas (jadi model iklan Kompasiana), Majalah Tempo dan Majalah Internal Asuransi Bumiputera 1912, maka kali ini di Majalah SWA dalam edisi No.08/XXVII/14-27 April 2011, halaman 20, saya kembali hadir menjadi narasumber untuk menyampaikan testimoni mengenai ID Blognetwork, jaringan blogger Indonesia yang menjadi ‘jembatan” antara Blogger dan Advertiser.

Adapun Kutipannya:

Terimakasih Majalah SWA dan ID Blognetwork !

KARTINI DIGITAL DAN REVITALISASI PERAN PEREMPUAN INDONESIA DI ERA GLOBAL

…Teman kami ingin melihat saya bekerja dengan pena saya untuk menaikkan derajat bangsa kami. Saya harus menerbitkan majalah atau yang sejenis dengan itu, yang membela kepentingan rakyat dan saya yang memimpin redaksinya.

Atau, saya harus menjadi pembantu harian dan majalah terkemuka di Hindia, dan di situ menulis karangan-karangan yang tajam, yang harus membuat orang terbangun bahkan membuat orang-orang yang tidur nyenyak terkejut bangun!!…

(Surat Kartini kepada Estelle Zeehandelaar 11 Oktober 1901, dikutip dari sini )

[K] artini telah menjelma menjadi sebuah ikon tentang gebrakan perempuan Indonesia terhadap himpitan zaman dan tradisi. Perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 tersebut ibarat purnama abadi di rangka langit perjuangan emansipasi wanita di tanah air. Meski meninggal dunia dalam usia muda (25 tahun, wafat pada 17 September 1904) sosok Kartini dengan segala kiprah yang telah ditorehkannya, menjadi inspirasi berharga bagi perempuan Indonesia terutama untuk memperjuangkan harkat dan martabat kaumnya

Ayah Kartini, RMA Sosroningrat, masih berstatus wedana Mayong saat menyunting ibunya, MA Ngasirah, putri dari Siti Aminah dan Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Setelah menikah kembali dengan RA Woeryan dan diangkat menjadi Bupati Jepara, sang ayah memboyong Kartini –yang merupakan anak perempuan tertua– dan ibunya ikut bersama saudara-saudara yang lain (Kartini adalah anak ke 5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri)

Beruntunglah Kartini berada dalam keluarga berfikiran maju. Sang ayah menyekolahkan seluruh anak perempuannya hingga usia 12 tahun, meski kemudian menginjak usia akil baligh sang gadis mesti memasuki masa pingitan. Tentu ini merupakan sebuah hal yang cukup menyiksa bagi Kartini yang ketika itu, sudah mahir berbahasa Belanda serta memiliki korespondensi dengan beberapa sahabatnya di luar negeri. Seperti dikutip dari Wikipedia Indonesia

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Hidup memang menjadi teramat singkat bagi seorang Kartini untuk merealisasikan segala impian dan keinginannya namun apa yang telah dilakukannya dalam episode singkat tersebut menjelma menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan Indonesia untuk bangkit memposisikan harkat, martabat dan karyanya ditengah dunia yang terus berubah.

Lewat surat-suratnya kepada para sahabatnya di Eropa yang dikumpulkan dalam bentuk buku berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) oleh Mr. J.H. Abendanon, pandangan dan ide Kartini dituturkan demi untuk memajukan nasib perempuan Jawa agar memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Inilah yang kemudian menjadi salah satu motivasi bagi pergerakan kebangsaan nasional ketika itu.

Bagaimana dengan inspirasi Kartini di era digital sekarang?

Zaman memang berubah begitu cepat dan kini, kapasitas perempuan Indonesia untuk menggagas peran strategisnya dalam gemuruh roda kehidupan dan pembangunan yang penuh kompetisi kian diperhitungkan. Tak sekedar berkiprah dalam peran domestik sebagai ibu rumah tangga belaka namun pada spektrum yang lebih luas.

Hadirnya kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi membuat gagasan-gagasan perempuan Indonesia kian mendapat tempat di ruang publik yang makin terbuka luas akses interaksinya. Tidak lagi terbatas sebagai konsumen pasif belaka bahkan “Kartini Digital Indonesia” bisa menjelma menjadi penggagas bahkan penggerak utama dari bagi gerakan-gerakan pencerahan, kepedulian sosial, pendidikan dan pelestarian lingkungan.

Saya pernah menulis tentang Silly, perempuan inspiratif yang menggalang kepedulian sosial lewat jejaring social media untuk mengumpulkan sumbangan bagi Ibu Tini, seorang pemulung di Cikarang yang sudah 8 bulan mengidap kanker rahim dan belum ada penanganan medis sama sekali.

Seperti yang saya tulis di artikel tersebut:

Silly tergugah dan sontak melakukan gerakan sosial menggalang dana dan simpati untuk membantu ibu Tini. Yang menarik, ia melakukannya dengan memanfaatkan jejaring internet dan social media (Twitter, Facebook,mailing list) secara intens. Dengan gencar, Silly “berkicau” di Twitter dan update status di Facebook, menghimbau banyak orang membantu Ibu Tini.

Tak hanya itu,Silly yang piawai merangkai kata menuliskan sejumlah hal terkait ibu Tini yang membangkitkan empati seseorang.

Di Facebook, tepat pada peringatan HUT RI ke 65, Silly “mencolek” para pemirsa “Apa Kabar Indonesia Malam” TV One, “MTV Insomnia” Global TV,  Liputan 6 SCTV di halaman Facebook Page masing-masing dengan himbauan yang menyentuh:

Dan luar biasa. Bantuan spontan segera mengalir deras. Dalam waktu singkat via rekening BCA dan Bank Mandiri yang dibuka untuk Ibu Tini, sudah terkumpul dana Rp 7.565.009, yang langsung digunakan untuk membawa ibu Tini, yang berpenghasilan hanya Rp 70 ribu per bulan itu sebagai pemulung, dengan ambulans ke Rumah Sakit Siloam.

Tidak hanya itu, selama dalam perawatan di Rumah Sakit Siloam, Bu Tini menerima sejumlah kunjungan dari sejumlah Stasiun TV serta tokoh masyarakat yang peduli pada penderitaannya. Tak kurang dari presenter kondang dan host acara Opini Berbagi TV One Dewi Hughes datang menjenguk Ibu Tini di Rumah Sakit. Malah Ketua Umum IWAPI Rina Fahmi Idris beserta suami ikut pula langsung mengunjungi Ibu Tini.

Silly adalah salah satu wujud “Kartini Digital” yang merevitalisasi perannya dengan menggagas kiprah yang luar biasa itu melalui aksi kepedulian sosial dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Apa yang dilakukannya menjadi inspirasi berharga betapa perempuan Indonesia mampu memberikan kontribusi positif bagi pemberdayaan bangsa.

Masih banyak lagi “Kartini-Kartini Digital” bangsa ini yang telah memberikan inspirasi melalui aksi nyatanya, bahkan berada di garda terdepan mewujudkan ide-ide, mimpi-mimpi menjadi yang terbaik. Kartini tidak hanya menjadi bagian dari kenangan tentang perjuangan emansipasi, menjadi ikon dari kesetaraan gender yang harum namanya, namun lebih dari itu sosoknya menjadi gagasan-gagasan merevitalisasi peran perempuan Indonesia memaknai perannya di era global.

Selamat Hari Kartini !

Catatan:

Foto RA Kartini diambil dari Wikipedia Indonesia

 

MELESAT BAGAI KILAT BERSAMA TELKOMSEL FLASH

[N] etbook saya si “Deliiani” (Dell Inspiron Mini 9) mendadak menjadi sangat mumpuni dan bagaikan “ngacir” menjelajah dunia maya ketika dalam internal modemnya saya pasangkan dengan kartu Telkomsel Flash. Daya jelajah yang didukung oleh cakupan penetrasi sinyal yang luas membuat penggunaan Netbook saya menjadi “senjata” ampuh andalan saya dalam menggali informasi, update blog atau sekedar membalas email yang masuk.

Produk andalan salah satu provider telekomunikasi terkemuka di Indonesia berupa Telkomsel Flash Unlimited ini memang dihadirkan khusus bagi para pengguna internet yang menginginkan kecepatan akses, praktis dan tentu saja harga yang terjangkau. Tak perlu lagi registrasi ke 4444 untuk berlangganan internet Unlimited. Internetan bisa lebih praktis dan hemat. Beli saja kartu perdana Telkomsel Flash Unlimited,dan anda sudah dapat dimanjakan dengan koneksi internet broadband unlimited yang cepat dan praktis. Harga paket perdananya hanya Rp 60 ribu sudah termasuk pulsa preload Rp 55 ribu. Ini masih ditambah lagi paket spesial berupa bonus Internet 1 MB dan bonus SMS ke semua operator.

Kecepatan akses hingga 384 kbps pada koneksi internet melalui Telkomsel Flash terasa betul memanjakan penggunanya dengan dukungan kemampuan komunikasi data yang lebih cepat dan waktu upload yang “tidak pake lama”. Kompensasi tarif yang ditawarkan juga cukup proporsional mulai dari Rp 50 ribu sampai  Rp 200 ribu. Dengan masa aktif 30 hari anda bisa menikmati koneksi internet secara leluasa.

Saat melakukan koneksi internet Telkomsel Flash ke “Delliani” dan mencoba menjelajahi dunia maya, terasa benar akses yang melesat bagai kilat ditenagai oleh Telkomsel Flash membuat saya takjub. Telkomsel Flash benar-benar telah menjawab kebutuhan dan mengakomodir keinginan berinternet ria saya dengan baik.

Terimakasih Telkomsel Flash !

 

 

KEJUJURAN KUNCI KEBAHAGIAAN RUMAH TANGGA

Ustadz Syuhada Memimpin Pengajian

[S]abtu malam, 9 April 2011, bertepatan dengan perayaan ulang tahun saya ke 41, kami sekeluarga berinisiatif melaksanakan pengajian/pembacaan surat Yaasin di rumah sebagai wujud rasa syukur, selain atas bertambahnya usia saya juga merayakan Ulang Tahun Perkawinan saya dan istri ke-12 yang jatuh pada tanggal 10 April 2011. Kami pernah mengadakan acara serupa 4 tahun silam dan tahun ini kami melaksanakannya kembali tentu tidak hanya dalam spirit “merayakan ultah” tapi juga sebagai sarana refleksi diri bahwa secara substansial umur kami sesungguhnya berkurang hingga menuju ujung usia yang entah kapan bakal terjadi.Pengajian ini mengingatkan kita semua agar senantiasa mematuhi ajaran agama secara intens dan konsisten.

Sejak pagi, kami sekeluarga dibantu keluarga kakak dan adik ipar, bahu membahu mempersiapkan hidangan yang akan disajikan pada malam pengajian.

Alhamdulillah. acara yang dimulai pukul 19.30 (ba’da Isya) tersebut dihadiri oleh sekitar 30-an orang antara lain tetangga-tetangga saya, pengurus RT 02, blogger Cikarang, Guru-gurunya Rizky di SDIT An-Nur serta sahabat-sahabat alumni Teknik Mesin Unhas yang berdomisili di Cikarang Baru.

Dipimpin oleh Ustadz Syuhada, acara pengajian berlangsung khidmat. Kami membaca surat Yaasin yang diperuntukkan bagi Almarhum/Almarhumah keluarga yang telah mendahului kami kemudian dilanjutkan dengan Tahlil serta Tausyiah yang dibawakan langsung oleh Ustadz Syuhada.

Dalam Tausyiahnya, Ustadz Syuhada memberikan gambaran, perkawinan itu ibarat mengayuh bahtera di lautan nan luas. Badai kerap menghantam hingga perahu itu oleng, Disinilah sosok lelaki sebagai suami dan pemimpin rumah tangga yang tegas dan bijak sangat dibutuhkan agar “bahtera” rumah tangga itu berjalan dengan stabil dan mampu menembus segala tantangan.Sebagai sang nahkoda, sang lelaki haruslah bertindak selaku sosok yang menjadi teladan istri dan anak-anaknya, ia juga mesti senantiasa membimbing keluarganya agar selalu menuruti kaidah ajaran agama serta menjauhi segala larangan dan kemaksiatan. Kemampuan inilah yang akan memberikan fondasi yang kokoh bagi kehidupan pernikahan.

“Kejujuran,”kata ustadz Syuhada yang memiliki 5 orang anak dari satu istri dan ternyata juga baru saja merayakan ulang tahun pernikahannya ke 12,”Adalah kunci utama kebahagiaan rumah tangga. Bila kita sudah tidak jujur pada istri dan sebaliknya juga demikian, maka malapetaka akan berada didepan mata. Sikap jujur memperlihatkan integritas seseorang. Sang suami akan diberikan kepercayaan besar oleh sang istri manakala ia senantiasa jujur mengungkapkan hal-hal yang mungkin menjadi wacana kecurigaan pasangan hidupnya tersebut dalam beraktivitas sehari-hari”.

“Keutuhan dan kemesraan rumah tangga yang dibangun atas dasar agama dan keimanan kepada Allah SWT akan langgeng dan penuh kebahagiaan. Baik istri maupun suami memiliki peran yang setara dalam bermitra sebagai pasangan yang tidak hanya sekedar mengasuh atau mendidik anak belaka, namun juga dalam dimensi kehidupan sehari-hari dan interaksi bersama masyarakat sekelilingnya “, kata Pak Ustadz yang berdomisili tidak jauh dari rumah saya tersebut.

Rangkaian acara pengajian dirumah kami ditutup dengan pembacaan doa, dan setelah bercengkrama dan bersilaturrahmi sejenak kawan-kawan saya yang hadir dalam acara pengajian tersebut kembali kerumah masing-masing pukul 21.30 WIB. Sungguh ini menjadi perayaan ulang tahun yang mengesankan buat saya dan keluarga.

.

SURAT CINTA TERBUKA BUAT ISTRIKU (Merayakan 12 Tahun Pernikahan)

Istriku sayang,

Membuka bulan keempat di tahun 2011 yang juga merupakan bulan penuh kenangan dimana cinta kita berdua dikekalkan dalam ikatan suci pernikahan, kita menyaksikan betapa malapetaka berupa bencana alam serta tsunami di Jepang dan peperangan melanda di berbagai belahan dunia, menyisakan derita dan keprihatinan. Menyesakkan. Memilukan.

“Dunia semakin tua. Akhir zaman kian dekat ditandai peristiwa-peristiwa menyedihkan dan fenomenal itu. Apakah kita sesungguhnya benar-benar telah ikut jadi tua?,” katamu sembari menghela nafas.

“Waktu,” jawabku pelan,”telah membuat usia kita bertambah. Dan itu alami. Namun esensi sesungguhnya bagiku, keniscayaan menjadi tua bersamamu, melaluinya hingga ujung usia adalah kebahagiaan yang tak terlerai. Berkah atas nikmat kasih sayangNya pada kita yang tak pernah putus”

12 tahun sudah usia pernikahan kita. Tepat di 10 April 2011, hari ini, kita merayakannya secara sederhana sembari mensyukuri segala nikmat Allah SWT yang telah kita reguk sepanjang waktu bersamamu dan kedua buah hati kita. Satu dekade telah kita lewati dengan beragam cerita, suka dan duka, pertengkaran-pertengkaran kecil, canda dan kemesraan yang menjadi bagian dari romantika cinta yang telah kita ikrarkan bersama sebagai pasangan hidup.

Istriku sayang,

Kita kerapkali bermimpi bagaimana kelak ketika kita berdua sudah beranjak tua. Anak-anak telah dewasa dan menjalani kehidupan mereka masing-masing. Kamu berangan-angan, kita akan menikmati sore yang hangat di teras belakang rumah. Cahaya matahari petang menembus lebat dedaunan pohon dengan garis-garis lurus berwarna jingga, jatuh di rerumputan dimana kedua kaki keriput kita lembut menapak. Rasanya nikmat menyeruput teh bersama kue Gadasturi atau puding merah jambu buatanmu. Dengan kilat mata jenaka, kamu akan meledek wajahku yang kian terlihat jelek karena gigi yang ompong sementara aku akan membalasnya dengan berseloroh, sudah saatnya kamu mengecat ulang rambut putihmu agar terlihat lebih muda dari usia sesungguhnya :). Kita lalu berpelukan, berdua memandang mentari luruh menuju peraduannya meninggalkan jejak-jejak indah di cakrawala.

Pada waktu lain aku pernah membayangkan, saat kita tua kelak, kita akan menikmati pagi di pinggir pantai. Kedua tangan keriput kita saling menggenggam tak terlepaskan dan menyaksikan semburat merah jingga cahaya mentari muncul malu-malu di ufuk. Kepak camar menghiasi langit yang perlahan cemerlang menggusur kelam dan ombak lembut mencumbu pasir pantai. Indah dan memukau.

Perjalanan kita ke depan akan sangat tak terduga. Kadang terjal berbatu, kadang lurus dan mulus. Namun, sepanjang kita terus bersama, membuatku selalu yakin kita akan menaklukkan segala tantangan. menghalau galau dan melerai semua gundah. Bersamamu, tak ada yang tak mungkin.

Selamat Ulang Tahun Perkawinan ke-12 !

Catatan:

Dua surat cinta pada 2 tahun sebelumnya baca disini

PUISI : WAKTU YANG BERDERAK RIUH BERSAMAKU

Ada begitu banyak jejak terpacak yang tertinggal di belakang

Bersama berjuta kenangan, kisah-kisah lama dan

deretan musim yang luruh dengan serpihan hikmah dan kiprah

Meniti segalanya ibarat mengarungi petualangan dengan ujung yang kadang tak bisa tertebak

Bagai menembus samudera luas dengan gelombang tinggi menghadang, tiupan kencang angin di geladak

dan petir menggelegar keras di rangka langit

Atau disaat lain, seakan berkendara diatas jalan lurus mulus melalui hutan cemara yang teduh dan melenakan

Kini, telah lewat 4 dekade episode-episode kehidupan

menjelma dalam catatan dan ingatan

Bersama waktu yang berderak riuh bersamaku

Akan kuraih segenap impian dan angan-angan

Hingga akhir sisa usia

Cikarang, 9 April 2011

Sajak untuk usia ke-41