TAMPIL PADA MAJALAH “BP NEWS” EDISI FEBRUARI-MARET 2010

sampul-bpnewsIni sebuah kesempatan dan kehormatan berharga untuk saya. Majalah Intern Nasabah Asuransi Bumiputera “BP News” edisi Februari-Maret 2010 memuat hasil wawancara saya dengan salah satu staf komunikasi majalah tersebut.

Pelaksanaan wawancara itu sendiri dilaksanakan sejak bulan lalu melalui email dan chatting yang intens, mengingat kesibukan saya di kantor yang luar biasa padatnya.

Dan kemarin, saya mendapat SMS dari isteri tercinta bahwa sudah mendapatkan satu eksemplar ediai yang memuat hasil wawancara tersebut yang dikirim via Pos Kilat Khusus.

Wah..senangnya dapat kesempatan mejeng dengan narsis di majalah.

Dibawah ini saya sertakan hasil scan artikel di majalah tersebut:

atgbpnews-hal-1-resized

Halaman Pertama

atgbpnews-hal-2-resized

Halaman Kedua

Terimakasih untuk BP News !!

PUISI : TARIAN HUJAN

Kisah yang kau rajut pada rinai tarian hujan sore ini

Adalah gemerlap mimpi dan getir kesedihan

yang mengalun pelan menyusuri relung hati, selasar waktu

dan derap putus asa yang luruh dalam hening

Hujan, katamu, kerapkali telah memerangkapmu dalam pilihan-pilihan sulit

Apakah akan memaksakan diri berlari menembusnya

atau menunggu hingga reda sembari mengumpat kesal

Dan selalu, pada akhirnya, kau akan memutuskan

untuk tetap menanti

: menikmati air menimpa dan merambati genting, helai dedaunan, pucuk pepohonan

lalu membasahi tanah

seraya mengenang kisah tentang kita

yang terlihat samar dari balik tarian hujan dan

kelopak matamu yang membasah

Jakarta, 260110

Sumber Gambar : Re-Post from Yahoo Mim

TAMPIL SEBAGAI MODEL IKLAN KOMPASIANA

kompasiana

Hari ini, Senin 25 Januari 2010, wajah saya yang imut, montok, menggemaskan dan bersahaja itu nongol di iklan Kompasiana di Harian Kompas. Ini adalah kali pertama saya bergaya — dengan sengaja — dan tampil di media layaknya seorang foto model. Pengambilan gambarnya sendiri dilakukan dua minggu lalu di ruang kantor Kompas Cyber Media (induk Kompasiana) Gedung Kompas Gramedia Lt.5 Jln.Palmerah Selatan. Yang membanggakan, saya ikut mejeng bareng dengan mantan Wakil Presiden RI Bapak HM.Jusuf Kalla. Iklan ini adalah serial iklan kedua Kompasiana, setelah sebelumnya, pada Kompas hari Minggu,17 Januari 2010 sudah muncul edisi pertama.

Hari itu, di ruang meeting Kompas Cybermedia sudah berkumpul kawan-kawan Kompasianers, seperti Mas Abi Hasantoso bersama istri, Mas Yulyanto, Mas Aris Heru Utomo, Mbak Lintang, Om Jay dan ketiga anak didiknya di SMP Labschool Jakarta, Mbak Linda Djalil, Mas Honny, Pak Prayitno Ramelan, Mbak Yuni, dll. Semua terlihat sangat antusias berfoto dalam rangka promosi blog Kompasiana, sebuah blog “keroyokan” yang diasuh oleh Kompas.com. Kami disambut dengan ramah oleh Kang Pepih Nugraha dan Mas Iskandar Zulkarnaen, dua admin Kompasiana, serta menemani kami menyantap hidangan makan siang sembari menunggu giliran diambil gambar.

Semula saya bermaksud untuk mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana jeans (Pakaian “kebangsaan” saya ke kantor) namun akhirnya, untuk menambah keunikan latar belakang profesi para Kompasianers (istilah untuk para penggiat Kompasiana), saya memutuskan menggunakan Coverall Lapangan ala Drilling Engineer di Rig. Mbak Yuni yang bekerja di BPPT juga menggunakan pakaian putih-putih ala peneliti di Laboratorium.

Coverall NOV (National Oilwell Varco) itu yang sudah lama tidak saya pakai karena lebih banyak beraktivitas di kantor dan bukan di workshop akhirnya menjadi pakaian kebanggaan yang membungkus tubuh saya pada sesi pemotretan yang dilakukan Mas Rizky siang itu. Layaknya foto model amatiran, saya sangat gugup. Jantung saya berdegup kencang. Setelah men-sugesti diri sendiri bagaikan model ternama Adjie Pangestu (yang konon kata istri saya rada mirip dengan tampang saya yang kyut imut–hanya kata dia kurangnya cuma satu yaitu : kurang kurus 🙂 ) akhirnya rasa Pe-De saya tumbuh pelan-pelan. Beberapa kali mesti ganti gaya dibawah arahan Mas Rizky. Setelah 5 kali “klik” akhirnya selesai sudah. Fiuuh…bener-bener menegangkan jadi foto model ternyata.

Nah, silahkan nikmati wajah-wajah para Kompasianers yang berasal dari latar belakang profesi dan pendidikan ini. Dan jangan lupa ngeblog di Kompasiana juga ya?

FREDDIE TAMAELA DAN KENANGAN YANG IKUT “BERLARI” BESERTANYA

Bagi anda yang mungkin hidup se”zaman” dengan saya pasti tak asing lagi dengan sosok (alm)Freddy Tamaela, penyanyi asal Ambon, Vokalis Cockpit Band yang oleh banyak kalangan dijuluki sebagai “Phil Collins”-nya Indonesia. Cockpit band memang sering menyanyikan lagu-lagu andalan Genesis dimana Phil Collins jadi vokalis utamanya.

Pada tahun 1980 bersama Yaya Moekti dan Oding Nasution, Harry Minggoes dan Debby Nasution, almarhum Freddie Tamaela, membentuk kelompok Batara Band (seperti dikutip dari wikipedia Indonesia) yang memfokuskan diri sebagai tribute band Genesis.

Dua tahun berselang terjadi pergeseran di tubuh Batara band. Lalu menjelmalah Cockpit Band dengan personil Yaya (drums), Oding (gitar), Roni Harahap (keyboard) dan Harry Minggoes (bass). Cockpit masih terus bertahan hingga kini sebagai impersonator Genesis yang mumpuni

Album Tetangga yang dirilis tahun 1985 arransemen musiknya digarap oleh Rony Harahap, yang juga pernah memperkuat Cockpit Band. Di album Tetangga, seperti dikutip dari situs ini, Pada lagu “Lari Dan Lari” mirip dengan Turn It On Again-nya Genesis. Lagu “Bila” dipengaruhi “I Can’t Not Believe It’s True”-nya Phil Collins. Di era 70-80-an, band-band progressive seperti Genesis, ELP, Yes dan Pink Floyd sampai yang beraliran newwave macam Duran Duran dan The Police sangat kuat pengaruhnya pada musisi-musisi Indonesia era 70-80-an seperti Guruh Gipsy, Abbhama, Wow! dan lain-lain.

[

Lagu almarhum Freddie”Haruskah Aku Berlari” menyimpan kenangan tersendiri di benak saya. Saat acara perpisahan siswa SMP Negeri 2 Maros, Sulawesi Selatan tahun 1986, saya tampil membawakan lagu ini sambil bermain gitar bersama kawan saya, M.Rahman Ahmad.

Untuk mempermantap vokal dan petikan gitar, saya dan Rahman mesti berlatih penuh ketekunan. Ayah Rahman yang berasal dari Ambon mengajari kami olah vokal dan memetik gitar. Dalam waktu dua minggu, kami berdua berhasil mendapatkan “chemistry” untuk menyanyikan lagu ini. Suara kami begitu kompak menyanyikan lagu andalan alm.Freddie Tamaela ini.

23 tahun kemudian, mendengarkan kembali lagu “Haruskah Ku Berlari” membuat lamunan saya terpelanting ke belakang. Ikut “berlari” bersama alunan merdu suara alm.Freddie Tamaela yang memukau. Tak terasa, jemari kiri saya ikut-ikutan memainkan chord gitar lagu itu. Ah, jadi pengen kembali muda rasanya 🙂

Anda ingin bernostalgia bersama saya? Dibawah ini ada lagu dan syairnya yang lembut, syahdu dan mendayu-dayu itu:

Kian terasa asing diri ini
diantaramu
Yang dulu pernah kubanggakan

Harapan yang pernah tercipta kini
seakan sirna
Dan resah pun kian menggoda

Reff.
Haruskah diri ini
menjerit dan berlari
Mengejar dirimu
yang kian jauh melangkah
Atau kuharus lari
dari kenyataan ini
Memendam cinta
dan coba melupakanmu

Kian terasa menggoda bayangmu
di dalam jiwa
Bila diri ini mencoba
melupakan dan mengubur segala
kenangan indah
Yang t’lah kita bina
bersama

INTELIJEN BERTAWAF : ULASAN DALAM KEBERSAHAJAAN ARTIKULATIF


Judul Buku : Intelijen Bertawaf , Teroris Malaysia dalam Kupasan
Karya : Prayitno Ramelan
Editor : Pepih Nugraha
Penerbit : Grasindo, 2009
Tebal : 227 halaman
Cetakan : Pertama, November 2009

Kisah Intelijen, selalu menarik, karena laksana kisah alam gaib. Banyak yang merasa tahu tapi hanya bisa mengira-ngira. Demikian prolog tulisan Pak Prayitno Ramelan di salah satu artikelnya dalam buku “Intelijen Bertawaf” (selanjutnya saya sebut sebagai IB) dibawah judul “Adam Malik Agen CIA?”.

Ya, saya setuju dengan pernyataan ini.

Dunia Intelijen bagi saya sebagai orang awam sekaligus “orang sipil” tak ubahnya bagai sebuah dunia penuh misteri, penuh teka-teki, tapi selalu bikin penasaran. Daya tariknya membetot dan membangkitkan rasa ingin tahu , namun kerapkali menimbulkan rasa gentar di hati, layaknya menyelami lebih dalam dunia gaib.

Sebagai salah satu penikmat tulisan-tulisan Pak Prayitno di Blog Kompasiana, kehadiran buku IB melengkapi sebuah “puzzle” dalam pemikiran saya untuk memahami—dalam kerangka fikir lebih sederhana—mengenai sisi menarik dari dunia Intelijen. Pak Pray—demikian “nama mesra” Pak Prayitno Ramelan yang pada tanggal 22 Oktober 2009 lalu dinobatkan sebagai Bapak Publik Kompasiana—dengan lancar dan tangkas bertutur tentang banyak hal mengenai beragam aspek mulai soal Perang Intelijen dalam Pilpres, Kisah sang teroris payah, Cerita dibalik jatuhnya Helikopter TNI AU, Narasi seputar terorisme, aksi Noordin M Top dan kawan-kawan, soal Penyadapan Rani dalam kasus Pembunuhan Nazruddin Zulkarnain hingga Pengalaman Pak Pray terhindar dari bom di JW Marriot.

Seluruh rangkaian kisah ini di “hidangkan” kepada pembaca dengan racikan yang gurih, analisa yang cerdas mendalam disertai humor renyah yang kerap membuat kita menyunggingkan senyum. Sebagai Pensiunan Perwira Tinggi TNI AU dengan pangkat Marsekal Muda, Pak Pray meramu pengalamannya sebagai mantan Penasihat Menteri Pertahanan Bidang Intelijen dengan kemampuan penulisan ala blogger dengan perspektif jurnalisme warga dalam rangkaian tulisan-tulisan di buku IB yang menghasilkan sebuah produk “dashyat” : meneropong “dunia misteri” intelijen secara komprehensif, tajam dan lugas dalam kebersahajaan artikulatif, independen dan memiliki sentuhan personal yang menyentuh. Gaya bahasa populer yang disajikan Pak Pray dalam buku yang diluncurkan pada tanggal 5 Desember 2009 di apartemen Essence Jakarta Selatan ini, membuat pembaca tidak merasa “berjarak”, karena disampaikan secara lancar mengalir dan “gaul”. Membaca buku ini laksana sedang bercakap akrab dengan Pak Pray di sebuah beranda menjelang senja sembari menikmati teh manis serta hidangan pisang goreng hangat.

Pak Pray dan Buku IB yang termasuk dalam kategori Buku Laris di Toko Buku Gramedia Pondok Indah Mall  (diambil dari koleksi foto Pak Pray di Facebook)

Judul buku yang cukup “menggelitik” menjadi salah satu daya tarik awal buku ini dan mungkin saja akan melecut kontraversi. Pak Pray mengulasnya dengan lincah serta dikaitkan dengan contoh aktual yang ada. Pada halaman 63, Pak Pray menjelaskan mengapa Intelijen itu harus bertawaf.: Tawaf itu, menurut Pak Pray yang juga adalah putra dari Ran Ramelan seorang tokoh betawi dan oleh pemerintah dianugerahi sebagai “wartawan tiga zaman” negeri ini, adalah kodrat Ilahi, jangankan manusia, alam semesta saja bertawaf. Bulan bergerak mengelilingi bumi, bumi mengelilingi matahari. Matahari sebagai bagian salah satu Bimasakti mengelilingi induknya. Bimasakti juga bergerak. Jadi hakikat tawaf adalah “gerak.” Yang patut diingat, gerak dalam hakikat tawaf adalah gerakan yang teratur dan terstruktur. Baik itu gerakan yang sudah menjadi ketentuan Tuhan, seperti gerakan jagat raya tadi. Disisi lain ada pula katagori gerakan, dimana Tuhan memberi manusia keleluasaan untuk menentukan polanya. Konsekuensi logisnya, ya harus ditanggung sendiri oleh si manusia itu.

Banyak contoh, misalnya perjalanan industri minyak kita. Pada awal 70-an, Pertamina adalah guru yang mengajari Malaysia membangun “oil industry.” Lihat kini, setelah 40 tahun, kondisinya berubah drastis. Petronas sudah ’sprint’, pertamina masih saja ‘warming up’. Dengan sumber daya alam Indonesia yang sangat kaya raya, agak aneh kalau kita masih import minyak. Mungkin ini disebabkan kebijakan masa lalu, atau sebab-sebab lainnya. Apapun alasannya, hakikatnya sangat jelas. Petronas melakukan tawaf secara sistematis dan terstruktur pada 40 tahun terakhir. Sebaliknya pengelolaan Pertamina, mungkin bertawaf, mungkin juga tidak. Andaipun bertawaf pasti memakai gaya bebas.

Uraian pragmatis Pak Pray disertai contoh kasus (plus sentilan kritis) didalamnya mengantar pemikiran pembaca untuk mendapatkan sebuah lanskap nyata tentang paparan sederhana analisis intelijen ala Pak Pray. Pada beberapa tulisan lain Pak Pray juga mencantumkan ulasan-ulasan yang jernih dan tangkas. Dalam tulisan “Perang Intelijen dalam Pilpres” di halaman 22 misalnya, Pak Pray menuliskan adanya dugaan bahwa BIN dan TNI ikut berperan dalam Pilpres 2009 bahkan konon ada pihak intelijen luar negeri ikut “bermain”. Pak Pray mengulas topik ini dengan lebih dulu menguraikan filosofi intelijen yang seperti saya kutip dari tulisan beliau “Apabila dilihat dari fungsinya maka intelijen melakukan kegiatan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan. Baik sebagai organisasi, kegiatan maupun fungsinya maka semuanya itu harus dimulai dengan recruitment, seleksi, pendidikan dan penugasan. Dari sederet panjang tuntutan mutlak yang ada pada tiap calon rekrut ialahintegritas pribadi, loyalitas dan kemampuan profesional. Integritas pribadi merefleksikan sosok seorang yang jujur, dapat dihandalkan, satu kata dengan perbuatan, memiliki keberanian moral, adil dan bijaksana. Loyalitas, atau kesetiaan, mengandung keteguhan akan komitmen seseorang kepada misi yang diembannya, kepada etika profesinya, kepada organisasinya, dan terutama kepada bangsa dan negaranya, diatas segala-galanya tanpa pamrih. Sosok dan lembaga intelijen tidak boleh menyimpangkan kesetiaannya kepada kelompok atau golongan, atau kepentingan-kepentingan sempit di luar kepentingan nasional. Memang dalam “pakem” intelijen, kesetiaan intelijen hanyalah kepada “user” atau pengguna, disebut sebagai single client. Dalam kedudukan BIN, organisasi akan setia penuh kepada Presiden sebagai user, bukan kepada pribadi”.

Pada ulasan selanjutnya, Pak Pray menampilkan analisis betapa istilah terjadinya “Perang Intelijen dalam Pilpres” sungguh bukanlah merupakan terminologi yang tepat. Penggunaan ilmu intelijen, ungkap Pak Pray, seperti pembentukan opini, negative campaign, black campaign memang nampak telah digunakan. Tetapi dinilai bukan sebagai sebuah hasil dari operasi intelijen lingkup besar yang terencana dengan matang. Menutup ulasannya, Pak Pray menyatakan,”Yang penting kini bagi para calon presiden dan wakil presiden sebaiknya lebih hati-hati dengan masukan yang nampaknya baik tetapi kemudian justru menimbulkan polemik yang merugikan citranya”.

Hal menarik yang terdapat dalam buku ini adalah adanya rangkaian komentar terpilih para pembaca di Blog Kompasiana, yang–seperti ciri khas Pak Pray–dibalas satu persatu dengan pembahasan yang komprehensif, santai dan cerdas.

Saya dan Pak Pray pada peluncuran buku Pak Chappy Hakim di Planet Lounge, Hotel Sultan, Jkt 1 Agustus 2009

Saya dan Pak Pray saat peluncuran buku karya Pak Chappy Hakim”Cat Rambut Orang Yahudi” di Airman Planet Lounge , Hotel Sultan 1 Agustus 2009

Diskusi tentang materi yang ditulis Pak Pray terjadi secara spontan dan interaktif. Kelebihan Blog yang memiliki unsur “percakapan” didalamnya melalui komentar pembaca menjadi nilai tambah tersendiri. Dan dengan mencantumkan “percakapan” tadi dalam buku justru akan memperkaya perspektif materi yang dibahas bahkan semakin memperdalam esensi materi yang dipaparkan. Hanya saja, saya menangkap ada kekurangan disini, dimana ada komentar yang ditayangkan dibuku merujuk pada komentar sebelumnya, akan tetapi komentar tersebut tidak terpilih dan “beruntung” untuk dipajang dibuku ini. Terkesan ada “missing link” memang, tapi secara umum tidak terlalu signifikan, karena uraian yang diberikan Pak Pray menanggapi komentar tersebut relatif sudah menjelaskan dan merangkum semuanya.

Akhir kata, selamat dan sukses untuk Pak Pray atas buku IB ini. “Old Soldier never die, they just fade away,” demikian kutipan Jenderal Douglas Mc Arthur yang dikutip pada pengantar buku ini. Terbukti, meski sudah memasuki masa purnawira, Pak Pray tidak “redup” (atau “fade away”) bahkan menghasilkan karya yang bernas dan bermanfaat untuk generasi sesudahnya.

Saya tetap menantikan kehadiran Buku Pak Pray berikutnya.

AYO BELI, BUKU “KEROYOKAN” TERBARU SAYA : BERBAGI CERITA, BERBAGI CINTA

coverberbagiceritaberbagicinta

Akhirnya, buku yang ditunggu-tunggu itu terbit juga!

Ya, satu tulisan saya dimuat dalam buku kompilasi tulisan inspiratif karya para penggiat situs Ngerumpi dot com. Buku ini sudah beredar di sejumlah toko buku di Indonesia dan dijual dengan harga Rp 27,000.

Sejak bulan Agustus tahun silam, dengan sedikit rasa sungkan bercampur nekad, saya bergabung di situs yang pada halaman profilnya menyatakan diri sebagai: situs seputar wanita, sebuah wadah diskusi yang berisi segala hal yang berhubungan dengan dunia perempuan, dunia sejuta warna yang begitu dekat dengan kita. Didesain dengan konsep web 2.0, di sini kita bisa berdiskusi dan berbagi tentang banyak hal: dunia kerja, lifestyle, kehidupan keluarga, relationship, kesehatan, kehidupan sebagai lajang, sexual life, apa pun bisa kita kupas dan diskusikan di sini, tentu saja dalam koridor perempuan dan dari sudut pandang perempuan, meski tidak tertutup kemungkinan dan kesempatan bagi para pembaca laki-laki untuk ikut berpartisipasi dan menyumbangkan suara, saran dan opini mereka.

Saya bergabung di Ngerumpi dot com dengan nickname : Tukang Odong-Odong, dimana pada halaman profil saya, nampak jelas foto saya menjadi pengemudi odong-odong yang dinaiki oleh putri bungsu saya, Alya. Dan begitulah, sejak Agustus 2009 hingga kini, tulisan-tulisan saya pun “merajalela” di Ngerumpi. Beberapa diantaranya memang adalah Cross Posting dari Blog saya.

Interaksi antar penulis dan pembaca juga sangat cair dan akrab. Saya sempat menghadiri kopdar Buka Puasa bersama dan Peluncuran situs ini di Pasar Festival tanggal 23 Oktober 2009. Ternyata meski memang bercirikan situs wanita, banyak pula lelaki-lelaki yang bergabung disana menyumbangkan tulisan sekaligus berinteraksi dengan nuansa penuh kekeluargaan.

Kejutan itu kemudian datang dari salah satu pengelola situs Ngerumpi, Mbak Silly yang menyatakan telah bekerjasama bersama penerbit untuk menerbitkan buku kumpulan tulisan terpilih penulis Ngerumpi dalam sebuah buku bertajuk “Berbagi Cerita, Berbagi Cinta”.

Ini dia sinopsis singkat dan beberapa endorsment:

Apa yang terjadi jika perempuan-perempuan urban dengan berbagai
karakteristik berkumpul bersama di dunia maya? Ngerumpi, mungkin saja.
Hal yang identik sekali dengan dunia perempuan. Dunia yang selalu
memiliki sisi-sisi menarik untuk diperbincangkan. Dunia yang penuh
warna. Ngerumpi tidak sekadar ngerumpi tanpa tujuan. Ngerumpi kemudian
menjadi ajang berbagi cerita, berbagi informasi, berbagi pengalaman,
sekaligus berbagi cinta dan keceriaan. Warna-warni dunia perempuan
terangkum dalam tulisan-tulisan pilihan di buku ini dengan spirit yang
tergambar jelas dari pilihan judulnya… Berbagi Cerita Berbagi Cinta.

Endorsment

Yang remeh, yang enteng, yang cemen, juga bisa mencerahkan. Dari
kegamangan setiap akan mendatangi pesta reuni, soal klasik status
jomblo, sampai ledekan bahwa perempuan masa kini masih percaya mitos
superioritas lelaki. Potret sosial kita ada di sini. Potret yang
merekam sikap dan perilaku warga Ngerumpi dalam menjalani kehidupan
pada suatu masa. Kita lihat apakah sepuluh tahun mendatang masyarakat
kita sudah berubah. Pembandingnya ya ada di Ngerumpi hari ini.

Antyo Rentjoko, blogger, antyo.rentjoko.net

Unik. Personal. Inspiring. Tentang perempuan, cinta, dan lelaki:
trilogi yang tak ada habis-habisnya ditulis. Kumpulan senandika yang
menghadirkan cakrawala baru tentang relasi Mars dan Venus.

Wicaksono, wartawan Majalah Tempo, narablog (www.ndorokakung.com), penulis buku “Ngeblog
dengan Hati”

Bukan perempuan, gak masalah, yang penting ngerumpi. Begitulah,
ngerumpi ternyata tak cuma wadah bagi perempuan. Lelaki pun bisa
berbagi pengalaman pribadi yang nyenggol hasrat, sakit hati sampai
berpuisi. Saya menduga inilah salah satu inidikasi hadirnya sebuah
“peradaban” baru. Pertemanan, persahabatan, keterikatan emosi,
persetruan, umpatan sampai “rasa” yang sama, tak cuma di dunia maya,
tapi juga terbawa di dunia nyata. Seseorang akan mempunyai “saudara”
begitu banyak secara nyata bukan maya. Dan di ngerumpi itu bisa
ditemukan dan dibangun.”

Ventura Elisawati ,Blogger (www.vlisa.com), digital communication specialist.

Nah, penasaran ? Beli bukunya ya?

Untuk Pemesanan, silahkan hubungi :

Penerbit Sinergi Pustaka Indonesia Jln. Cijagra 1C No. 9, Buah Batu, Bandung.

CP: Yudi 081323046690 atau yudipublisher@gmail.com

Terimakasih ya Ngerumpi !!

KERJA KERAS DENGAN ENERGI KITA, DARI BANGSA SENDIRI


Pertamina Blog Contest
Dalam sebuah rekaman wawancara bersama sebuah TV swasta bersama Almarhum K.H.Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sang mantan Presiden Republik Indonesia keempat yang wafat tanggal 30 Desember 2009 lalu itu dengan lugas menyatakan,”Kita sudah bisa menggunakan sumber daya manusia dan tenaga dari bangsa kita sendiri kok untuk mengelola serta mengeksplorasi sumber daya alam di Indonesia, tanpa harus selalu bergantung dari tenaga ahli dari luar negeri. Saya yakin dan kita mesti yakin untuk itu”.

Saya sempat terhenyak.

Pernyataan itu memang terkesan klise, namun ada “kekuatan” besar didalamnya. Gus Dur, menghimbau kita semua untuk mendayagunakan potensi serta sumberdaya alam dan manusia yang dimiliki oleh bangsa kita sendiri semaksimal mungkin demi kemaslahatan bersama tanpa harus selalu bergantung pada sumber daya dari luar negeri. Dengan prinsip “Kerja Keras Adalah Energi Kita” maka pernyataan almarhum Gus Dur tersebut bisa dimaknai sebagai upaya secara menyeluruh dan sistematis mendayagunakan potensi internal bangsa untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya alam yang ada di Indonesia demi kepentingan dan kemajuan bangsa Indonesia.

Pertamina, sebagai badan usaha milik negara yang diberikan kewenangan untuk mengelola serta mengembangkan sumber minyak dan gas bumi di Indonesia menjadi sasaran utama untuk mewujudkan harapan tersebut.

Baca lebih lanjut

MY BLOGGING KALEIDOSKOP 2009

Kawan-kawan,

Dibawah ini, saya akan menyajikan semacam “kaleidoskop” atau napak tilas perjalanan saya sepanjang melaksanakan aktifitas blogging sepanjang tahun 2009. Sekedar sebuah dokumentasi yang mudah-mudahan tidak sekedar untuk dikenang-kenang tapi juga bisa menjadi inspirasi serta motivasi menapak jejak di tahun mendatang

JANUARI 2009

Pada tanggal 17-18 Januari 2009, saya berkesempatan menghadiri Wordcamp Indonesia sebuah ajang pertemuan para pengguna dan developer blog Engine WordPress di Indonesia (baca liputannya disini).

mematt

Saya berkesempatan bertemu dan berbincang dengan Matt Mullenweg, sang milyader muda dan penggagas wordpress blog engine terpopuler di dunia itu, yang sudah saya tulis pula di blog.

mematt-1

Tahun 2010, penyelenggaraan Wordcamp Indonesia akan dilaksanakan tanggal 30 Januari 2010 bertempat di auditorium Universitas Gunadarma Depok. Bila berminat ikut, Silahkan baca informasinya disini.

FEBRUARI 2009

Bersama kawan-kawan komunitas blogger Makassar,AngingMammiri, kami mulai mendiskusikan proyek buku “Sop Konro Bagi Jiwa”– kumpulan kisah-kisah inspiratif.

majalahtempo

Pada Majalah Tempo edisi 16-22 Februari 2009, saya menjadi salah satu responden mengenai “demam” Facebook yang tengah melanda bangsa ini.

Saya menyajikannya disini

Tanggal 21 Februari 2009, saya mengikuti Kopdar Perdana Blog Kompasiana yang dilaksanakan di Bentara Budaya Jakarta.

Di Bulan ini juga saya mendapatkan hadiah door price peluncuran Dell bulan Desember 2008 berupa 1 unit Netbook Dell Inspiron Mini 9. “Senjata Blogging” Terbaru saya itu saya namakan sebagai Delliani yang mendampingi Laptop Kantor saya Dell Latitude D630 yang sudah lebih dulu saya namai sebagai Delliana. Reportase dan Reviewnya saya tulis disini.

Kopdar Pertama ini dihadiri oleh sejumlah penggiat Kompasiana yang baru 4 bulan didirikan. Sekitar 100-an orang menghadiri kegiatan ini. Saya menyajikan laporan soal kegiatan itu disini.

Baca lebih lanjut