KEBEBASAN BEREKSPRESI DI INTERNET DAN DINAMIKA SOSIOLOGIS MASYARAKAT KITA

[P]ada sebuah kesempatan ke Kota Palembang sebagai moderator dalam acara Blogilicious bulan lalu, saya sangat beruntung dapat “oleh-oleh” spesial DVD Film Linimasa dari mas Donny BU, dosen dan Senior Associate Researcher of Indonesian ICT Partnership – ICT Watch, Indonesia yang kebetulan menjadi pembicara Etika Blogging dalam event Blogilicious Palembang tersebut. Film itu saya tonton dirumah sekembalinya dari kota Pempek dan menemukan banyak hal-hal menarik disana.

Perspektif saya kian diperkaya setelah membaca e-book Linimas(s)a yang bisa diunduh secara gratis disini. Kedua media tersebut memberikan wacana konstruktif tentang bagaimana memaknai kebebasan berekspresi di dunia internet, khususnya di Indonesia.

Pertumbuhan spektakuler internet memang sungguh sangat fenomenal di negara kita. Dari profil infografik yang saya tampilkan diatas (dirilis Maret 2011 oleh salingsilang.com & socialbakers.com), terlihat jelas betapa internet bukanlah sesuatu hal yang mewah dan langka lagi di negeri ini (seperti yang pernah saya rasakan di era 1990-an dulu) namun sudah menjelma sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat moderen bahkan menjadi kebutuhan sekunder yang tak terelakkan.

Baca lebih lanjut

XLNETRALLY(6) : SOTO PAK MAN DAN “INSIDEN” YANG MENYENANGKAN ITU

[S]etelah puas berjalan-jalan menikmati wisata sejarah di Lawang Sewu dan Kawasan Sam Poo Kong, Saat terik matahari kota Semarang mulai menyengat, bis yang membawa rombongan XL Net Rall berhenti di warung Soto Pak Man di Jl.Purwosari Raya..

Ternyata Soto Pak Man ini menjadi salah satu ikon kuliner terkenal di Semarang. Dalam situs Ciputraentreprenurship dikisahkan sepak terjang Pak Man membangun warung sotonya hingga memiliki beberapa cabang ini:

Baca lebih lanjut

XLNETRALLY(5) : JEJAK LAKSAMANA CHENG HO DI KAWASAN SAM POO KONG

[S]eusai mengikuti perjalanan wisata sejarah ke Lawangsewu, Minggu (24/7), kami semua rombongan XLNetRally melanjutkan perjalanan menuju kawasan Sam Poo Kong. Kawasan ini seperti dikutip dari situs Visit Semarang dikenal juga dengan sebutan Gedong Batu. Ada yang mengatakan nama ini dipakai karena asal mula tempat ini adalah sebuah gua batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Tetapi ada sebagian orang yang mengatakan bahwa sebenarnya asal kata yang benar adalah Kedong Batu, alias tumpukan batu-batu alam yang digunakan untuk membendung aliran sungai. Klenteng Sam Po Kong selain merupakan tempat ibadah dan ziarah juga merupakan tempat wisata yang menarik untuk di kunjungi selain merupakan tempat ibadah dan ziarah juga merupakan tempat wisata yang menarik untuk di kunjungi.

Memasuki kawasan ini, kami semua seperti diantar pada nuansa Tiongkok yang kental. Bangunan-bangunan yang didominasi warna merah dan bercorak arsitektur Cina tiba-tiba mengingatkan saya  pada film-film kungfu Shaolin kegemaran saya. Tentu sangat jauh berbeda dengan apa yang kami temui sebelumnya di Lawang Sewu yang didominasi arsitektur Art Deco ala Eropa.

Baca lebih lanjut

XLNETRALLY(4) : MENJELAJAHI EKSOTISME KLASIK LAWANG SEWU

[C]ahaya mentari pagi menyapa hangat saat saya membuka jendela kamar 1202 Hotel Gumaya tempat saya dan Goenrock menginap. Hari Minggu (24/7) ini merupakan hari terakhir kami, peserta XL Net Rally di Semarang karena siang harinya kami akan kembali ke Jakarta dengan pesawat terbang dari Bandara Ahmad Yani.

Setelah sarapan, saya dan Goenrock check out dari hotel melalui panitia XLNetRally. Seluruh peserta XLNetRally mendapatkan oleh-oleh khas Semarang untuk dibawa pulang berupa sekardus Bandeng Presto Juwana beserta oleh-oleh makanan ringan lainnya. Seluruh rombongan XLNetRally Jakarta, Surabaya, Solo dan Yogyakarta berkumpul dan bersama-sama naik bis menuju lokasi wisata di Lawang Sewu.

Hal yang segera terlintas dalam benak saya tentang tempat ini adalah merupakan tempat acara Uji Nyali sebuah stasiun TV swasta. Saya pernah menonton acara itu beberapa tahun silam dimana seseorang ditinggalkan sendiri dalam ruang bawah tanah Lawang Sewu mulai tengah malam dengan direkam kamera inframerah hingga akhirnya muncul “penampakan” sosok gaib setelah satu jam orang tersebut berjaga. Adegan penampakan itu masih teringat dalam benak saya, kini saya akan ke tempat tersebut. Memang konon–dari kisah-kisah yang pernah saya dengar Gedung Lawang Sewu ini lekat dengan kesan mistis dan misteri. Bahkan pernah ada film horornya yaitu Lawang Sewu-Dendam Kuntilanak. Saya betul-betul penasaran untuk melihat langsung lokasi uji nyali disana.

Baca lebih lanjut

XLNETRALLY(3) : OBSAT YANG MERIAH DAN PESONA DUA BRIPTU AYU

[S]etelah diguyur hujan deras di sore hari saat kami tiba, pada Sabtu (23/7), malam harinya, cuaca terlihat begitu bersahabat. Kesejukan mewarnai Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) tempat penyelenggaraan Obsat (Obrolan Langsat) #72 edisi Semarang, saat kami, rombongan blogger dan staf XL Axiata yang mengikuti XL Net Rally tiba di tempat tersebut. Obsat kali ini adalah Obsat yang kedua dilaksanakan diluar Jakarta. Jika selama ini Obsat diadakan di Rumah Langsat Jakarta Selatan, markas Saling Silang, maka setelah kota Bandung sebagai penyelenggara Obsat pertama lintas propinsi, maka kota Semarang menjadi kota berikutnya, kali ini mengambil tema “Persiapan Mudik dan Lebaran 2011” bersama XL Axiata, NTMC (National Traffic Management Center) Polri, Saling Silang didukung oleh Komunitas Blogger Loenpia, serta sejumlah komunitas lainnya di Semarang seperti komunitas blogger Detik.com, Bike to Work Chapter Semarang, Fiksi Mini dan lain-lain.

Tidak hanya itu para peserta XL Net Rally dari kota Jakarta, Surabaya, Solo, dan Yogya ikut hadir plus 8 orang Otoblogger yang menguji ketangguhan sinyal XL dengan sepeda motor Jakarta-Semarang. Teater terbuka TBRS benar-benar menjadi tempat pertemuan lintas komunitas dalam dialog akrab ala Obsat yang menghadirkan Vice President Network Operation XL Axiata Robert Dedy Purwanto, Kombes Polisi Gata Chaeruddin Kabid Tekinfokom Korlantas NTMC Polri, Febriati Nadira Communication Head XL Axiata dan dipandu oleh blogger senior Wicaksono “Ndoro Kangkung”.

Baca lebih lanjut

XLNETRALLY (2) : TOKO OEN YANG LEGENDARIS DI SEMARANG

[H]ujan deras membasahi bumi Semarang saat rombongan kami, peserta XLNetRally yang menggunakan kereta dari Jakarta tiba. Dua bis yang membawa kami semua melaju pelan menyusuri jalan-jalan kota yang baru pertama kali saya kunjungi itu. Bangunan-bangunan tua peninggalan masa kolonial banyak terlihat dan masih terpelihara baik. Wiwikwae yang memang berdomisili di Semarang memberikan penjelasan kepada kami nama-nama tempat atau gedung yang akan atau sedang kami lintasi dengan fasih. Kurang lebih 10 menit perjalanan, tibalah kami di Hotel Gumaya, tempat kami kelak menginap.

Disana kami sudah disambut oleh staf XL yang ramah dan sudah menyiapkan kunci kamar serta baju kaos yang akan kami gunakan dalam Obsat (Obrolan Langsat) malam harinya di Taman Budaya Raden Saleh. Saya mendapat “room mate” bersama Goenrock di kamar 1202

“Jangan lama-lama ya di kamar, taruh saja barangnya atau ganti baju dan segera turun lagi ke lobby ya, kita mau ke Toko Oen,” ujar mbak Ira mengingatkan kami. Saya sangat penasaran memang ingin ke Toko Oen.

Baca lebih lanjut

XLNETRALLY (1) : PENGALAMAN MENYENANGKAN NIKMATI KERETA BER WI FI PERTAMA DI INDONESIA

Berfoto sebelum berangkat #XLNetRally

[C]ikarang masih dilingkupi kegelapan, Sabtu (23/7) saat mobil yang saya tumpangi meluncur menuju Stasiun Gambir tempat “start” pelaksanaan XLNet Rally. Usai mandi dan sholat Subuh, saya dengan antusias mempersiapkan diri untuk mengikuti perjalanan bersama 12 blogger di Kereta Ber-Wi-Fi pertama di Indonesia yang “dipersenjatai” koneksi internetnya oleh salah satu provider telekomunikasi terkemuka negeri ini, XL Axiata, menuju Semarang.

Saya melirik jam tangan, masih pukul 05.15 saat kendaraan melaju memasuki jalan tol Jakarta-Cikampek. Suasana yang lengang pagi itu, membuat jarak tempuh Cikarang-Gambir hanya dicapai dalam waktu 1 jam saja . Memasuki peron stasiun, saya menyebutkan “Rombongan XL” kepada penjaga pintu dan langsung diperbolehkan masuk tanpa harus membeli tiket peron. Di pelataran lantai 1, saya menemukan ruang tunggu VIP dengan ‘standing banner” XLNetRally yang dipasang secara menyolok di bagian depan. Saat masuk ruangan, saya disambut hangat oleh Adham Somantrie, karyawan XL yang juga seorang blogger. “Silahkan mas Amril, diisi form registrasinya dulu,” katanya ramah seusai menjabat tangan saya dengan hangat.

Setelah mengisi formulir pendaftaran, saya segera menyapa beberapa orang blogger yang sudah datang lebih dulu. Ada Priyadi Iman Nurcahyo, blogger asal Depok yang kebetulan pernah menjadi kawan saya berwisata gratis ke Hongkong Disneyland bulan Maret lalu. Kami langsung bertegur sapa dengan hangat. Kami memang, belum terlalu lama jumpa. Bulan lalu, “reuni”-an bersama 4 “Hongkongers” lainnya dalam acara Blogilicious Jakarta dan ulang tahun kedua komunitas blogger Depok. Selain Priyadi, sudah datang pula Pitra Satvika, blogger yang pada tahun 2009 memenangkan kompetisi blog Internasional The Bobs kategori Bahasa Indonesia.

Baca lebih lanjut

SETELAH 10 TAHUN BERLALU …

[T]ampaknya, inilah jawaban atas doa-doa itu.

Doa kedua anak saya, Rizky dan Alya, seusai sholat yang senantiasa mendoakan sang ayahanda tercinta selamat dalam perjalanan kembali ke rumah dan segera mendapatkan pekerjaan dekat dari rumah. Alhamdulillah, akhir bulan lalu, saya memperoleh kepastian untuk mendapatkan pekerjaan baru, di sebuah perusahaan di Kawasan Industri Jababeka I yang tak jauh dari rumah saya.

Saat menyampaikan berita gembira itu, saya masih ingat betul. raut wajah istri tercinta dan kedua anak kami begitu bahagia. Mereka langsung memeluk saya erat-erat, meluapkan kegembiraan. “Horee!..Papa bisa pulang lebih cepat ke rumah!” demikian seru si bungsu Alya. Keharuan pun merebak di dada. Saya membayangkan bisa mengantar putra-putri saya itu ke sekolah sebelum ke kantor–sesuatu yang tak mungkin saya lakukan saat bekerja di Jakarta. Sebagai pekerja komuter, saya mesti bangun pagi-pagi berangkat ke kantor dan pulang tatkala kedua anak tersayang sudah terlelap pulas.

Baca lebih lanjut

PUISI : PADA PENGHUJUNG TITIAN RINDU


Langit senja ini seakan merenda batas cakrawala

dengan rona merah jambu serupa ranum pipimu

yang diterpa bias cerah cahaya fajar

Pada titian rindu dimana kaki kita gamang menapak

kamu acapkali berkata dengan mata berbinar,”Di ujungnya kita akan menemukan

apa yang kerap kita impikan, walau derai hujan atau pekat kabut

menghalangi pandangan dan langkah kita”

Perjalanan yang menggetarkan ini tak jua membuatmu bimbang

jejak yang tersisa dibelakang adalah segala ingatan dan kenangan indah

tentangmu, tentang kita

berpendar terang, berkelindan, berputar pelan dan memancar pada sisi titian

Semesta seakan bersekutu bersama malam, bulan dan gemintang, membawa kita dengan debar menyesak dada

pada tempat kita kelak membuang sauh, mendamparkan hasrat yang terjerat

Hingga kemudian kita sadar, waktu telah membentangkan jarak, begitu jauh

Meski tangan lelah menggapai, sosokmu telah lenyap dari pandangan

Barangkali, ujung titian itu telah kau raih lebih dulu, sembari matamu tetap mencari

sosokku di kelam malam dan badai yang menderu kencang

Barangkali, segala yang kau impikan telah tergenggam erat dalam lentik jemarimu

sementara serpih-serpih penyesalan luruh berjatuhan lalu hilang dibawa angin

Atau mungkin, penghujung rindu itu hanyalah fatamorgana semu yang tercipta atas

segala imajinasi kita tentang musim semi yang tak kunjung usai

dengan gelora cinta yang berkobar selamanya

Dan kita akhirnya akan menyadari, perjalanan ini tetap harus diteruskan, segetir apapun itu

meski harus membangun kembali titian rindu yang tak bertepi

Cikarang, Midnight. 20 Juli 2011

Sumber Foto : Yusnawir Yusuf

Dapatkan Buku Kumpulan Puisi Cinta “Menyesap Senyap”. baca disini caranya

WAWANCARA BERSAMA BAPAK BLOGGER KOMPASIANA, PRAYITNO RAMELAN : “MENULIS ADALAH BAGIAN IBADAH SAYA”

Saya dan Pak Pray dalam sebuah kesempatan kopdar Kompasiana, 2009

Nama Prayitno Ramelan belakangan ini sangat terkenal menjadi sosok yang identik dengan ikon Pengulas soal-soal intelijen dan terorisme di Indonesia. Beberapa kali lelaki yang sejak 2002 menjadi purnawirawan, dengan jabatan terakhir sebagai Penasihat Menteri Pertahanan Bidang Intelijen (Era Bpk.Matori Abdul Djalil, Alm), serta pangkat terakhir Marsekal Muda TNI Angkatan Udara ini, muncul di layar berbagai stasiun televisi terkemuka nasional sebagai narasumber dibidang tersebut dengan ulasan yang kritis, tajam dan bernas.

Saya sendiri mengenal beliau sejak menjadi blogger di Kompasiana. Setelah beberapa kali “berjumpa” lewat dunia maya dengan mengomentari tulisan beliau, saya akhirnya bisa lebih dekat dengan sosok yang rendah hati, ramah, bijaksana dan humoris ini melalui beberapa kali kesempatan kopdar bersama Kompasiana. Pak Pray–demikian panggilan akrabnya– yang menggagas pertama kali, perlunya Kompasiana dibuka lebih luas ke area publik dan tidak terbatas pada jurnalis Kompas saja pada tahun 2008.

Baca lebih lanjut