YANG “MELENGKING” DARI BLOGWALKING (9)

1. Membeli Masa Depan ala Adhitya Mulya

Artikel menarik dari penulis novel laris Jomblo ini tentang strategi berinvestasi. Disajikan dengan gaya bahasa khas Adhitya yang renyah dan enak dibaca.

2. Baca Buku dari Laptop/Komputer

Era E-Book telah dimulai!. Silakan beli dan download di situs diatas setelah itu baca dari komputer/laptop anda. Beberapa buku laris seperti “Laskar Pelangi”-nya Andrea Hirata dan Biografi Barrack Obama sudah tersedia disana. Artikel terkait tentang ini dapat dibaca diblog Ufuk Press (diambil dari tulisan Koran Tempo)

3. 10 Novel Cinta Paling Menyebalkan ala Eka Kurniawan

Eka Kurniawan, penulis novel “Cinta Tak Ada Mati” dan “Lelaki Harimau” ini memaparkan 10 novel cinta paling menyebalkan di blognya.

4. Take Your Blog to Next Level

Slogan diatas diusung oleh situs Blogging Tips, sebuah blog yang menyajikan tips-tips praktis dan berguna untuk ngeblog.

5. Hah?? Emang ada Blog Bicara?

Ternyata memang ada!. Tapi lewat radio. Kapan ya blog saya bisa bicara disana? hehehe..

SUDAHLAH DIK, JANGAN ULANGI KETOLOLAN ITU LAGI!

tawurandi-unhas.jpg

“Perang batu” antar mahasiswa di UNHAS, Selasa (26/2) (Foto diambil dari situs Panyingkul)

“Tidak ada konflik di Indonesia yang tidak diselesaikan orang- orang
Unhas. Tetapi, di Unhas sendiri, konflik dan perkelahian tidak pernah
selesai”

Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI dan Mantan Ketua Ikatan Alumni (IKA) UNHAS sebagaimana dikutip dalam kata sambutannya pada Dies Natalis ke 50 Universitas Hasanuddin, Sabtu 9 September 2006 (dikutip dari Kompas Online)

EMail yang datang di inbox saya kemarin siang dan berasal dari salah seorang rekan dari mailing list yang saya ikuti, membuat saya terhenyak. Judulnya sangat “provokatif” : “Perang Lagi di UNHAS”. Kaget, geram, prihatin, sedih, marah, pilu dan malu bercampur aduk saat membaca email tersebut. Isinya adalah rangkaian berita (dikutip dari Harian Tribun Timur Makassar) yang menceritakan bentrokan antar mahasiswa terjadi lagi di UNHAS.

Sebagaimana dikutip dari berita tersebut, Akibat tawuran yang terjadi kemarin siang (26/02), sebanyak 11 orang luka yang terdiri atas tujuh mahasiswa, satu petugas satpam, dan tiga pegawai. Kepala Satuan Pengamanan Unhas, Bambang, mengalami luka di telinga bagian kanan terkena pecahan kaca. Mahasiswa dari empat fakultas yaitu teknik, FISIP, ekonomi, dan sastra terlibat dalam tawuran ini. Kejadian memalukan ini diduga dipicu oleh pemukulan salah seorang mahasiswa teknik pada acara inagurasi mahasiswa baru fakultas ekonomi, Jumat (22/2) malam.

Saat sejumlah mahasiswa dari fakultas teknik, ekonomi, dan FISIP bertemu di Kantin Jasa Boga, terjadi cekcok.Tak lama berselang, sekitar 20-an mahasiswa dari arah fakultas teknik menyerang ke arah Fakultas FISIP. Mahasiswa yang ada di tiga fakultas bertetangga, FISIP, ekonomi, dan sastra melakukan perlawanan. Penyerang dari arah teknik mundur hingga ke dekat LT 3. Tak lama kemudian, rekan-rekan mereka ikut bergabung sehingga massa dari kedua kubu berimbang dan makin banyak. Terjadi saling lempar dengan menggunakan apa saja yang mereka jangkau seperti batu, kayu, pecahan genteng, pecahan kaca, dan lainnya. Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi terlihat di tengah-tengah massa menggunakan pengeras suara mencoba melerai bentrokan. Namun, massa yang sudah brutal tidak menggubrisnya. Tawuran baru berhasil dilerai saat seratusan polisi baik yang berseragam maupun tidak, tiba dan langsung memberi tembakan peringatan.

Baca lebih lanjut

MIMPI ITU MENARI DI TIMORI

scan0003

Mimpi itu dirajut di dua ruang “service shop” berlantai beton Sirkuit International Sentul, Jawa Barat, tahun 1996-1998. Dan saya, menjadi salah satu bagian dari para pemimpi itu : membangun industri sepeda motor Indonesia, mengikuti jejak proyek mobil nasional “Timor” yang sudah lebih dulu digulirkan. Disanalah kami, 15 orang engineer merancang sepeda motor nasional yang mengambil desain dan lisensi “Cagiva Motorcycle” Italia dibawah bendera PT.Timori Putra Bangsa.

Setelah keluar dari PT.Matsushita Semiconductor Indonesia, Juli 1997, saya diajak teman sekampus dan satu kerja dulu di PT.Kadera-AR Indonesia Pulogadung, A.Firmansyah Arsyad untuk bergabung bersamanya di PT.Timori Putra Bangsa (selanjutnya saya singkat sebagai TPB). Perusahaan ini adalah anak perusahaan grup Timor yang rencananya akan mendesain dan memproduksi sepeda motor nasional bermerk Timori. Alhasil, pertengahan Agustus 1997 saya bergabung dengan perusahaan yang baru berdiri kurang lebih setahun itu. Satu bagian dengan Firman yakni di Production Planning and Inventory Control (PPIC) Engineer.

Baca lebih lanjut

KATA MEREKA TENTANG BLOG SAYA

Sungguh riang hati saya di bulan “kasih-sayang”ini. Beberapa rekan, baik dari Komunitas Blogger Makassar Anging Mammiri juga dari Majalah Online Blogfam mereview blog saya, sebagai wujud tanda kasih untuk saya. Thanks guys!

Kegiatan saling review blog di komunitas Anging Mammiri, yang dimulai sejak bulan lalu, dicanangkan sebagai sebuah program rutin bulanan sepanjang tahun 2008. Beruntunglah, untuk bulan Februari, blog saya dan blog Rara–sang ketua komunitas Anging Mammiri–terpilih menjadi “target blog” yang direview.

Sementara itu, pada Majalah Online Blogfam pada liputan bz!aktual di edisi Ulang Tahunnya yang kedua tanggal 6 Februari 2008, menurunkan laporan review blog jajaran redaksi yang dilakukan secara “bersilang” dengan anggota redaksi bz! yang lain. Saya yang menjabat sebagai Redaktur Pelaksana di majalah tersebut, direview blognya oleh Yaya sang jabrik alias penanggung jawab rubrik bz!jumpa dan bz!blog.

Dibawah ini saya pajang kutipan dari review-review tersebut:

Baca lebih lanjut

ADA PETISI UNTUK BUPATI BEKASI

petisiuntukbupati.JPG

Sebuah petisi online yang ditujukan untuk Bupati Kabupaten Bekasi beserta jajaran Muspidanya dan Kapolres Bekasi bertajuk “Petisi Pemberantasan Kemaksiatan di Tegaldanas dan Kalimalang” ditayangkan hari ini di jagad maya. Adalah Diskusi hangat yang terjadi di mailing list Cikarang Baru yang menjadi inspirasi awal terbitnya petisi online ini. Para anggota mailing list yang sebagian besar berdomisili di daerah Cikarang Pusat dan sekitarnya (kebanyakan tinggal di Perumahan Cikarang Baru, Kota Jababeka) mengungkapkan keresahan pada kian maraknya praktek prostitusi di sekitar wilayah Tegaldanas dan Kalimalang yang relatif berdekatan dengan lokasi pemukiman warga. Hingga tulisan ini diturunkan sudah ada 15 penandatangan petisi tersebut.

Baca lebih lanjut

YANG “MELENGKING” DARI BLOGWALKING (8)

1. Apakah anda seorang “blog addicted”?

Kenali 10 tanda-tanda bila anda kecanduan ngeblog. Baca ciri-cirinya disini

2. Mau menjadi bagian dari “pasukan khusus” pemberantas korupsi di Indonesia?

Silahkan melamar ke sini, banyak posisi lowong yang dibutuhkan. Ayo, kita berantas korupsi di Indonesia!

3. Rp 25 juta/jam !

Rp 25 juta/jam adalah tarif Andrea Hirata sekarang, kalau diundang menjadi pembicara dalam suatu acara. Ini  dikutip dari majalah Gatra No.13 Tahun XIV, dalam rubrik Ikon, oleh Indah Juli sang penulis posting ini. Sayang ngak disebutin tarif sebesar itu untuk acara apa. Menurut Andrea, tarif sebesar itu sesuai, karena sastra adalah hal yang penting. Doi juga ngritik sastrawan yang suka merendahkan diri dan mau dibayar murah. Padahal, motivator aja dibayar mahal kalau berbicara dalam sekali workshop.

Hebat dan salut buat Andrea! Kapan-kapan tarif ini bisa jadi rujukan deh bila saya (mudah-mudahan) jadi penulis beken seperti dia 😀

4. Belajar Menulis lewat ngeblog

“Curhat” yang inspiratif dari Paman Tyo. Di blog ini pula banyak ditemukan sejumlah posting menarik sebagai motivasi untuk ngeblog. Thanks ya Paman! Pokoknya nggak perlu dagdigdug deh kalo mau ngeblog!.

JANGAN TIDUR BILA JADI KONDEKTUR

19-02-08 0657MODA Transportasi dari Cikarang–sebagai salah satu kota satelit di bagian timur ibukota negeri ini–ke Jakarta sudah semakin beragam. Tidak hanya bus-bus berkapasitas besar (misalnya Bis Mayasari Bhakti dari kota Jababeka Perumahan Cikarang Baru yang melayani trayek ke Blok M dan Kota serta Shuttle Bus dari Perumahan Lippo Cikarang ke Blok M), namun juga bis-bis sedang yang melayani rute jarak dekat seperti dari Cikarang ke Bekasi Timur (K-50), Bekasi Barat (K-45) dan Cawang-UKI (K-59).

Sejak kantor saya pindah ke daerah Lebak Bulus 5 bulan silam, saya lebih banyak menggunakan jasa transportasi bis berkapasitas sedang ke Bekasi Timur (K-50) dan dari sana saya melanjutkan dengan menggunakan bis besar jurusan Bekasi Timur-Lebak Bulus (Mayasari Bhakti No.132 atau Tunggal Daya) yang melewati tol Cikunir atau JORR (Jakarta Outer Ring Road). Lebih cepat ketimbang melewati Cawang atau Blok M yang macet cukup parah. Saya bisa berangkat lebih siang dari rumah karena waktu tempuh menjadi lebih pendek dan lebih cepat.

Baca lebih lanjut

BARISAN KENANGAN BERSAMA SKM “CHANNEL 9”

Bundel Surat Kabar Mahasiswa “Channel 9” saya terima dengan penuh haru dari sahabat saya, Nasrun.A.Samaun yang saat ini bekerja di Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Maluku Utara dan kebetulan sedang melaksanakan pendidikan singkat di Jakarta. Ketika lembar demi lembar tabloid mahasiswa yang berslogan “Media Terpandang, Meraih Bintang” itu saya buka, seketika kenangan saya berlari kebelakang.

Tanggal tepatnya saya tidak ingat persis. Sekitar akhir Februari 1991, memasuki tahun kedua saya di Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Hasanuddin. saya dan beberapa kawan berkumpul bersama di ruang HL 207 Fakultas Teknik Unhas (FT-UH). Suasana sangat hiruk pikuk saat itu. Seisi ruangan seperti berisi spirit menggebu menghasilkan media publikasi independen ala Mahasiswa Teknik dengan “cita rasa” khas : Berani, Cerdas, “Ganas” tapi elegan.

Ruangan yang juga menjadi sekretariat Senat Mahasiswa FT-UH itu disesaki sejumlah aktivis kampus teknik. Antara lain, ada Andi Tarninda Batara Putra, Ketua Senat Mahasiswa Fak.Teknik (sekarang bekerja di Chevron Indonesia Balikpapan), Muh.Sapri Pamulu (sekarang dosen Teknik Sipil FT-UI dan kandidat doktor di Centre for Built Environment & Engineering, Queensland University of Technology (QUT), Brisbane, Australia), A.Ahmad Makkasau – Mahasiswa Teknik Mesin angkatan 1989 (kini karyawan PT.Abadi Barindo Autotech MM2100 Cibitung), Nasrun A.Samaun – Mahasiswa Teknik Sipil Angkatan 1989 (sekarang bekerja di Deptamben Maluku Utara), Kak Arfan Doktrin – Mahasiswa Teknik Arsitektur Angkatan 1983 (sekarang tinggal di Bantaeng Sul-Sel), Kak Anshar “Ancha” Rahman – Mahasiswa Teknik Mesin Angkatan 1983 (sekarang menjadi pengusaha properti di Makassar), Jowvy Kumala Mahasiswi Teknik Sipil Angkatan 1988 (bekerja di Telkomsel Makassar), Yeri Hermanto Mahasiswa Teknik Mesin Angkatan 1988 (kini menggeluti bisnis Kayu Gaharu dan Menulis Skenario bersama isteri tercinta di Sinemart untuk RCTI khususnya sinema Religi), Inzar Anas Mahasiswa Teknik Mesin Angakatn 1989 (sekarang bertugas di LAPAN setelah menyelesaikan studi S-3-nya di Jerman), dan tentu saja saya sendiri yang ketika itu masih kurus, lugu tapi penuh vitalitas 😀 serta sejumlah rekan-rekan yang lain.Sebenarnya materi pembicaraan dalam acara itu hanya rapat rutin membahas kegiatan senat. Namun pembicaraan berkembang lebih jauh tentang perlunya media publikasi mahasiswa teknik yang lebih “berani” menyuarakan suara mahasiswa dengan muatan kritik sosial yang cerdas, lugas dan bernas. Para peserta rapat begitu antusias menyambut usulan itu. Namun kendala terbesar adalah, hampir sebagian besar dari kami tidak memiliki latar belakang yang cukup kompoten tentang soal-soal jurnalistik atau penerbitan meskipun saya, Sapri dan Nasrun, ketika itu sudah aktif sebagai pengelola di penerbitan kampus “Identitas” UNHAS.

Tak ayal lagi, pembicaraan pun berkembang serius untuk perlunya menyelenggarakan kegiatan pelatihan jurnalistik yang mewadahi “nafsu-nafsu” kami, mahasiswa teknik untuk merambah dunia yang sama sekali baru bagi kami : dunia penulisan atau jurnalistik. Maka demikianlah, tanggal 11-13 Maret 1991, diselenggarakan Latihan Jurnalistik IPTEK Rekayasa (LJIR) Se-Kotamadya Ujung Pandang oleh Senat Mahasiswa Fakultas Teknik. Pelatihan tersebut tidak hanya diikuti oleh Mahasiswa Teknik Unhas tapi sejumlah peserta datang dari berbagai fakultas di Unhas dan Universitas lain. Pelatihan tersebut menghadirkan sejumlah praktisi jurnalis untuk berbagi ilmu mengenai penulisan (seingat saya, acara ini masih rutin diselenggarakan tiap tahun oleh Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS, moga-moga saya tidak salah).Usai acara, saya dan beberapa orang rekan lulusan pelatihan LJIR, merancang format penerbitan Surat Kabar Mahasiswa ala Fakultas Teknik. Nama CHANNEL 9 digagas oleh M.Sapri Pamulu sementara logonya dirancang oleh Kak Arfan Doktrin.

Slogan CHANNEL 9 “Media Terpandang Meraih Bintang” diusulkan oleh Kak Anshar Rahman. Pena Rapido bercincin merah menggoreskan sesuatu diatas kertas melambangkan idealisme pers mahasiswa yang menorehkan tekad dengan kilatan bintang menuju puncak bintang prestasi. Angka 9 sendiri ketika itu adalah identitas spesifik nomor induk kemahasiswaan Fakultas teknik.

Saya masih ingat betul, betapa gairah kami begitu menggebu-gebu menghasilkan karya perdana kami itu. Beberapa materi saya siapkan sendiri plus sejumlah tulisan pendukung dari rekan-rekan dan materi LJIR. Karena dana yang diberikan pihak fakultas sangat terbatas, kami terpaksa “bergerilya” mencari tambahan dana lain berupa iklan. Untunglah di terbitan perdana ada salah satu perusahaan rokok berminat memasang iklannya di halaman belakang. Pada penerbitan awal ini, untuk menghemat ongkos produksi, kami hanya menelorkan 1000 eksemplar saja dan hal yang membuat saya tertawa sendiri mengingatnya sekarang adalah, kami memutuskan Melipat sendiri halaman demi halaman surat kabar tersebut.

MELIPAT ?. Ya, melipat!. Usai Surat Kabar edisi perdana ini dicetak di Percetakan SULAWESI, kami membawanya (dalam keadaan terurai, belum dilipat sebagaimana koran-koran biasanya) ke ruang senat dan melipatnya satu persatu. Kami, anggota redaksi Channel 9 yaitu Sapri, Nasrun, saya, Inzar Anas, Makkasau, Lukman, Basri, dll bahu membahu melipat Surat Kabar Channel 9 yang berbentuk tabloid 8 halaman hingga lewat tengah malam. Kami melakukannya dengan gembira dan luapan semangat menggebu-gebu ditemani kopi dan Songkolo’ Bagadang (makanan khas makassar berupa nasi ketan,lauk ikan asin dan sambel pedas). Beberapa rekan mahasiswa Teknik Perkapalan dan Arsitektur yang kebetulan menginap dikampus mengerjakan tugas gambar ikut turun tangan bergabung bersama kami menyingsingkan lengan baju menjadi “Lipator” Channel 9.

Edisi perdana SKM CHANNEL 9 meluncur perdana akhir April 1991. Langsung menggebrak dengan berita hot-nya “BUKK..! “Tinju” Ala Dekan. Laporan utama edisi tersebut mengangkat ulasan Dekan Fak.Teknik UNHAS ketika itu Bapak Ir.H.Maruddin Laining ketika membuka LJIR 1991 dan menyatakan sudah saatnya Mahasiswa Teknik yang selama ini dikenal “tukang tawuran” mengganti “tinju”-nya dengan pena. Masih lekat dalam ingatan saya, ketika tabloid itu meluncur, kami para tim redaksi dan kawan-kawan aktifis mahasiswa fakultas teknik “turun lapangan” menjadi loper koran.

LOPER KORAN ?. Ya, menjadi loper koran. Tabloid yang kami jual Rp 100/eksemplar diedarkan hingga ke sudut-sudut kampus, tempat-tempat mangkal mahasiswa, terminal pete-pete (angkutan sejenis angkot) kampus, perpustakaan, kantin hingga UKM (unit kegiatan mahasiswa). Kebetulan saja, kami menjalin hubungan baik dengan para koordinator angkutan pete-pete kampus dan merekapun membantu kami menjajakan tabloid tersebut ke setiap mahasiswa yang menggunakan jasa transportasi tersebut. Dan kampus UNHAS pun heboh dengan kemunculan tabloid kami yang mengusung gaya khas ala anak teknik yang seperti diungkap oleh “Pemimpin Gerombolan Redaksi” (istilah nyeleneh bagi pemimpin redaksi), Muh.Sapri Pamulu adalah : nakal, lucu, loyal, pinter dan kadang-kadang ganas beralasan. Saya mendapat jabatan sebagai Redaktur Pelaksana.

Mengingat antusiasme pasar yang sangat tinggi, kamipun menelorkan edisi kedua di Bulan Mei 1991 yang mengangkat tema tentang Pemilihan Ketua Senat Mahasiswa Fak.Teknik. Headlinenya bikin “merinding” : Salome!.

Kali ini terbit lebih “gemuk” dengan 12 halaman. Lagi-lagi, untuk menghemat ongkos terbit, apa boleh buat, kami tidak menggunakan jasa pengetikan di Percetakan SULAWESI, tapi memutuskan mengetik sendiri di mesin ketik listrik inventaris Senat Mahasiswa Fak.Teknik. Saya masih ingat betul, tangan saya sampai pegal dan mata sampai lelah gara-gara mengetik di mesin ketik listrik tersebut. Status saya masih “seperti dulu” sebagai Redaktur pelaksana, merangkap Lipator (maksudnya tukang lipat) dan juga loper. Terus terang di edisi ini kami kurang puas dan sempat memperoleh protes dari pembaca karena kualitas tampilan C9 sangat jelek (hasil ketikan di mesin ketik listrik).

SKM Channel 9 kian populer. Dari 1000 eksemplar yang kami edarkan hampir 80% ludes terjual. Ini sudah cukup meng-ongkosi edisi berikutnya. Kami tidak perlu lagi menggantungkan subsidi dari dana kemahasiswaan senat. Ditambah lagi kami sudah dapat penghasilan tambahan dari iklan. Bulan Juni 1991, kami tampil di edisi ketiga yang mengangkat tema tentang menggugat peran Ikatan Alumni UNHAS.

Saya membuat artikel dihalaman depan dengan judul seronok “IKA, Pacarmu Menanti”.

Dengan mempertimbangkan edisi sebelumnya, kamipun kembali ke jasa pengetikan percetakan. Oh ya, sejak edisi pertama kami juga sekaligus melakukan lay-out sendiri tabloid kami. Jadi hasil pengetikan yang sudah berupa lajur-lajur di kertas khusus, kami gunting-gunting dan atur secara manual di “dummy”. Saya lalu membawa hasil lay-out itu ke percetakan dengan motor bersama sang koordinator iklan sekaligus bendahara, Nasrun.

Betul-betul sangat manual dan “primitif”, jika dibandingkan dengan penerbitan koran saat ini. Yang sering saya kenang adalah, pernah suatu malam (sekitar Pkl.24.30 dini hari), saya dan Nasrun naik motor berdua ke sebuah pondokan mahasiswa. Kami menggedor-gedor pintu kawan saya, membangunkan dia sebentar hanya untuk pinjam gunting lantaran gunting yang biasa kami pakai untuk lay-out rusak dan tidak ada lagi toko yang buka pada saat itu. Akibat “serangan” kami itu, saya dan Nasrun tidak hanya kena omelan sang pemilik gunting tapi seluruh penghuni pondokan yang ikutan ngamuk gara-gara aksi norak kami.

Kesibukan saya kian tinggi di Channel 9 dan juga penerbitan kampus Identitas. Saya lebih sering menginap di kampus bersama kawan-kawan redaksi lain dan menyelesaikan tugas-tugas keredaksian. Ayah dan ibu saya yang mencemaskan perilaku “aneh”putra tertuanya yang jarang pulang kerumah mulai memberikan sinyal-sinyal larangan. Dalam suatu kesempatan, saya dipanggil berbicara empat mata dengan ayah saya. Suatu malam yang kuyup diguyur hujan. Ketiga adik saya sudah lelap tidur. Beliau menanyakan apakah aktifitas perkuliahan saya jadi terganggu gara-gara kegiatan saya di Channel 9. Saya menjawab tegas : tidak sama sekali, seraya menunjukkan kepada beliau Laporan Indeks Prestasi yang saya peroleh ketika itu (memang sih tidak istimewa amat, tapi IPK saya masih diatas rata-rata).Ayah saya masih meragukan kemampuan saya membagi waktu antara aktifitas “wajib” saya sebagai mahasiswa Teknik Mesin dan “kehidupan kedua” saya sebagai Pemimpin Redaksi Channel 9 (saya mendapat promosi jabatan setelah Pemred sebelumnya, M.Sapri Pamulu, diangkat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Teknik yang baru) dan ujung-ujungnya meminta “pejabat” berwenang di kampus memberikan semacam surat permohonan izin kepada beliau sebagai orang tua.

Saya terperangah. Kaget tapi juga geli. Tapi ayah saya serius. Sangat serius. Sebagai Kepala Bagian Administrasi Kepegawaian di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih VI Departemen Pertanian untuk wilayah Indonesia Timur, ayah saya memang terbiasa melakukan hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal formal administratif. Beliau menatap saya dengan tajam dan menunjukkan beliau tidak main-main dengan permintaannya itu. Saya berjanji akan menyiapkannya (meski terus terang saya kebingungan bagaimana dan kepada siapa saya mesti membuat surat seperti itu).

Ketika hal itu saya ungkapkan ke Sapri, sahabat saya dan juga Ketua Senat Mahasiswa Teknik itu tertawa geli meski akhirnya ia membuatkan “Surat Permohonan Izin” pada orang tua saya atas nama Senat Mahasiswa Fak.Teknik UNHAS. Ketika surat itu saya sodorkan ke ayah saya, beliau menandaskan bahwa surat itu menunjukkan bahwa saya memikul amanah dari orangtua untuk menyelesaikan studi di Fak.Teknik disamping tentu saja tanggung jawab personal saya sebagai sebagai Pemred SKM Channel 9.

SKM Channel 9 terbit secara rutin dengan tema-tema aktual dan tentu saja “ganas beralasan”. Pada tanggal 7-10 Juli 1991, saya dan Sapri, berangkat ke Bandung untuk menghadiri Sarasehan Penerbitan Mahasiswa seluruh Indonesia (SPMI) yang diadakan di IKIP Bandung. Sarasehan dihadiri oleh 112 mahasiswa dari 83 perguruan tinggi se-Indonesia. Ketika kami tiba disana, ternyata acara dibatalkan karena adanya instruksi dari Dirmawa (Direktorat Jenderal Kemahasiswaan). SPMI tetap dilaksanakan atas kebijakan dari pihak rektorat IKIP dan hanya ditolerir hingga pukul 09.00 pagi tanggal 8 Juli 1991. Untuk menghormati pihak tuan rumah, acara tetap dihentikan hingga batas waktu yang ditentukan dan dilanjutkan di Kebun Binatang Bandung!. Yang paling berkesan ketika itu adalah, kami para peserta SPMI mesti kejar-kejaran dengan intel.

Pada bulan Desember 1991, kami menerbitkan “suplemen” khusus dengan judul “MEKANIK” (atau singkatan dari Media Komunikasi Anak Teknik) sebanyak 4 halaman.

Isinya mengenai informasi aktifitas internal Fakultas Teknik UNHAS. Pengasuh tabloid suplemen itu adalah adik-adik kami yang sudah kami latih dalam kegiatan “In House Jurnalistik” Training yang salah satu pesertanya adalah Tomi Lebang (mantan wartawan TEMPO yang baru saja menulis buku mengenai Sari Pati Pidato Wapres RI H.M.Jusuf Kalla, Gramedia,2006) saya tunjuk sebagai penanggung jawab “tabloid mini” ini.

Hal yang cukup mengesankan bagi saya adalah ketika kami bermaksud membuat liputan khusus fenomena Pelacur Kampus di bulan Mei 1992.

Dalam sidang redaksi, kami sempat bersitegang mengangkat tema”sensitif” itu. Saya langsung menerjunkan sejumlah reporter andalan meliput dan memberikan “in-depth-reporting” atas pembahasan ini. Hasilnya sungguh menghebohkan!. Laporan utama yang kami angkat sempat menjadi pembicaraan dimana-mana. Sejumlah media di Makassar sempat mengutip hasil liputan kami. Pada sebuah kesempatan, saya sempat dipanggil dan diajak berdiskusi dengan Prof.DR.(alm).H,Mattulada diruangan beliau mengenai topik bahasan ini. Beliau dengan bijak mengingatkan saya untuk lebih berhati-hati mengangkat topik bahasan yang sensitif meski sebenarnya fenomena tersebut sudah lazim adanya di sejumlah kampus di Indonesia. Saya sangat terkesan dengan pembicaraan bersama Guru besar Antropologi kawakan ini. Beliau memberikan saran-saran konstruktif pula bagi pengembangan SKM Channel 9.

SKM”Channel 9″ meski tidak terbit secara rutin tiap bulan seperti saat-saat awal kelahirannya namun tetap menunjukkan eksistensi hingga usia ketiga. Karena kesibukan para pengelolanya yang sebagian besar adalah mahasiswa dan kendala “klasik” berupa dana penerbitan yang hanya mengandalkan dari hasil penjualan dan iklan, SKM Channel 9 hanya nongol 3 bulan sekali. Meskipun begitu, kami tetap memelihara spirit untuk menyajikan berita-berita seputar kehidupan kampus dengan gaya yang khas “nakal, cerdas dan ganas beralasan”.

Bulan September 1994, dengan berat hati saya mesti meninggalkan SKM Channel 9 karena telah diwisuda sebagai Sarjana Teknik Mesin. Meski tidak memegang tampuk sebagai pemimpin redaksi lagi, saya senantiasa membantu memberikan kontribusi tulisan ke SKM Channel 9. Bahkan ikut begadang bersama-sama tim redaksinya meski sudah tidak jadi mahasiswa lagi. Ucapan perpisahan untuk saya ditampilkan di halaman belakang SKM Channel 9 yang ditulis oleh Nasrun.A.Samaun, yang menjadi Pemimpin Redaksi setelah saya. Seingat saya Surat Kabar Mahasiswa ini masih terus terbit hingga akhir tahun 2001 sebelum akhirnya sirna alias tidak terbit lagi untuk selama-lamanya.